Makalah Semantik Perubahan Makna | Pendidikan Bahasa Indonesia
Table of Contents
Kali ini admin postingkan makalah semantik perubahan makna silahkan simak dibawah ini.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Bahasa Indonesia sekarang ini dapat diibaratkan
seperti mobil tua yang mesinnya rewel dan sedang melintasi jalur lalu lintas di
jalan bebas hambatan. Betapa tidak, pada satu sisi dunia pendidikan Bahasa Indonesia
saat ini dirundung masalah yang besar dan pada sisi lain tantangan menghadapi
milenium ketiga semakin besar. Dari aspek kualitas, pendidikan Bahasa Indonesia
kita memang sungguh sangat memprihatinkan dibandingkan dengan kualitas
pendidikan bangsa lain.
Sejalan dengan berkembangnya zaman perkembangan bahasa pun
juga ikut berkembang dan mengalami pergeseran-pergeseran makna. Pergeseran
makna bahasa memang tidak dapat dihindari, hal ini dipengaruhi oleh banyak
faktor yang nantinya akan di bahas secara mendalam di dalam pembahasan.
Atas dasar itu, tidak mengherankan dalam beberapa tahun terakhir ini di
Indonesia muncul berbagai kata yang memiliki banyak makna baru. Meski demikian
makna yang melekat terlebih dahulu tidak serta merta hilang begitu saja.
Perubahan makna suatu kata yang terjadi, terkadang hamper tidak disadari oleh
pengguna bahasa itu sendiri. Untuk itu perlu bagi kita sebagai calon guru
Bahasa Indonesia untuk mengetahui dan memahami ilmu kebahasaan secara utuh
salah sarunya tentang perubahan makna.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan perubahan makna?
2.
Apa saja yang mempengaruhi perubahan makna?
3.
Apa saja yang termasuk dalam perubahan makna ?
4.
Faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan makna?
C. Tujuan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah:
1.
Mengetahui
dan mengerti apa hakikat dari perubahan makna
2.
Mengetahui
apa saja yang mempengaruhi perubahan makna
3.
Mengetahui
apa saja yang termasuk dalam perubahan makna
4.
Mengetahui Faktor apa saja yang mempengaruhi
perubahan makna.
D. Manfaat
Manfaat
penulisan makalah ini antara lain
1.
Menambah
pengetahuan dan wawasan penulis dan pembaca
2.
Memahami
tentang perubahan makna kata
3.
Memotivasi
guru atau calon pendidik terutama jurusan Bahasa Indonesia untuk lebih memahami
perkembangan bahasa
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Perubahan Makna
Dalam perubahan makna selalu ada
hubungan (asosiasi) antara makna lama dan makna baru, tidak peduli apapun yang
menyebabkan perubahan itu terjadi. Dalam beberapa hal, asosiasi bisa begitu
kuat untuk mengubah makna dengan sendirinya, sebagian lagi asosiasi itu
hanyalah suatu wahana untuk suatu perubahan yang ditentukan oleh sebab-sebab
lain tetapi bagaimanapun suatu jenis asosiasi akan selalu mengalami proses.
Dalam pengertian ini asosiasi dapat dianggap sebagai suatu syarat mutlak bagi
perubahan makna ( Stephen, 2007 : 263-264 )
Dalam sejarah ilmu semantik, teori
asosiasi muncul dalam dua bentuk. Beberapa dari ahli semantik awal mengakui suatu
asosiasinisme yang sederhana, mereka mencoba menjelaskan perubahan makna
sebagai hasil asosiasi antara kata-kata yang diisolasikan (berdiri sendiri).
Pada beberapa dekade terakhir suatu pandangan yang lebih maju berdasarkan
prinsip-prinsip struktural telah meluas, perhatian telah berubah dari kata-kata
tunggal menjadi satuan-satuan yang lebih luas yaitu yang disebut “medan
asosiatif” yang mencakupi kata-kata tersebut.
B. Sebab-sebab Perubahan Makna
Banyak faktor yang menyebabkan
terjadinya perubahan makna suatu kata. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Perkembangan dalam ilmu dan
teknologi
Dalam hal ini sebuah kata yang tadinya mengandung konsep
makna mengenai sesuatu yang sederhana, tetap digunakan walaupun konsep makna
yang dikandung telah berubah sebagai akibat dari pandangan baru atau teori baru
dalam satu bidang ilmu atau sebagai akibat dalam perkembangan teknologi.
Sebagai contoh perubahan makna kata sastra dari makna tulisan sampai pada makna
karya imaginatif adalah salah satu contoh perkembangan bidang keilmuan.
Pandangan-pandangan baru atau teori baru mengenai sastra menyebabkan makna kata
sastra yang tadinya “bermakna buku yang baik isinya dan baik bahasanya” menjadi
berarti “karya yang bersifat imaginatif kreatif”.
2) perkembangan sosial dan budaya
Dalam perkembangan sosial dan budaya kemasyarakatan turut
memengaruhi perubahan makna. Sebagai contoh kata saudara dalam bahasa
sansekerta bermakna seperut atau satu kandungan. Sekarang kata saudara walaupun
masih juga digunakan dalam artian tersebut tapi juga digunakan untuk menyebut
siapa saja yang dianggap sederajat atau berstatus sosial yang sama. Hal ini
terjadi pula pada hampir semua kata atau istilah perkerabatan seperti bapak,
ibu, kakak, adik . Penyebab perubahan makna ini dimungkinkan disebabkan karena
dahulu pada zaman sebelum merdeka (dan juga beberapa tahun setelah kemerdekaan)
untuk menyebut dan menyapa orang yang lebih tinggi status sosialnya digunakan
kata tuan atau nyonya. Kemudian setelah kemerdekaan dan timbulnya kesadaran
bahwa sebutan tuan atau nyonya berbau kolonial sehingga kia menggantinya dengan
sebutan bapak atau ibu.
3) Pebedaan bidang pemakaian
Kata-kata yang menjadi kosa kata dalam bidang-bidang
tertentu itu dalam kehidupan dan pemakaian sehari-hari dapat juga dipakai dalam
bidang lain atau menjadi kosa kata umum. Sehingga kata-kata tersebut memiliki
makna yang baru, atau makna lain disamping makna aslinya. Misalnya kata
menggarap yang berasal dari bidang pertanian dengan segala macam derivasinya
seperti tampak pada frase menggarap sawah, tanah garapan dan sebagainya, kini
banyak digunakan dalam bidang-bidang lain dengan makna barunya yang berarti
mengerjakan seperti tampak pada frasa menggarap skripsi, menggarap naskah drama
dan lain-lain. Dari contoh yang diuraikan maka kata-kata tersebut bisa jadi
mempunyai arti yang tidak sama dengan arti dalam bidang asalnya, hanya perlu
diingat bahwa makna baru kata-kata tersebut masih ada kaitannya dengan makna
asli. Kata-kata tersebut diunakan dalam bidang lain secara metaforis atau secara
perbandingan. Kesimpulannya makna kata yang digunakan bukan dalam bidangnya itu
dan makna kata yang digunakan di dalam bidang asalnya masih berada dalam
poliseminya karena makna-makna tersebut masih saling berkaitan atau masih ada
persamaan antara makna yang satu dengan makna yang lainnya.
4) Adanya Asosiasi
Kata-kata yang digunakan diluar bidangnya seperti
dibicarakan pada bagian sebelumnya masih ada hubungan atau pertautan maknanya
dengan makna yang digunakan pada idang asalnya. Agak berbeda dengan perubahan
makna yang terjadi sebagai akibat penggunaan dalam bidang yang lain, disini
makna baru yang muncul adalah berkaitan dengan hal atau peristiwa lain yang
berkenaan dengan kata tersebut. Dalam contoh kata amplop dengan kata uang
terjadi asosiasi yaitu berkenaan dengan wadah. Kata amplop berasal dari bidang
administrasi atau surat menyurat, makna asalnya adalah sampul surat. Ke dalam
amplop itu selain biasa dimasukkan surat, biasa pula dimasukkan benda lain
seperti uang. Oleh karena itu dalam kalimat “ Berikan dia amplop biar urusanmu
cepat selesai”. Dalam kalimat itu kata amplop bermakna uang sebab amplop yang
dimaksud bukan berisi surat atau tidak berisi apa-apa melainkan berisi uang
sebagai sogokan.
5) Pertukaran Tanggapan Indra
Dalam penggunaan bahasa banyak terjadi kasus pertukaran
tanggapan antara indera yang satu dengan indera yang lain. Rasa pedas, misalnya
yang seharusnya ditanggap dengan alat indera perasa pada lidah tertukar menjadi
ditanggap oleh alat indera pendengaran seperti tampak dalam ujaran kata-katanya
cukup pedas. Contoh lain pada kata kasar yang seharusnya ditanggap oleh alat
indera peraba yaitu kulit namun bisa juga ditanggap oleh alat indera
penglihatan mata seperti pada kalimat Tingkah lakunya kasar. Pertukaran alat
indera penanggap ini biasa disebut dengan istilah sinestesia. Istilah ini
berasal dari bahasa Yunani sun artinya sama dan aisthetikas artinya tampak.
Dalam pemakaian bahasa Indonesia secara umum banyak sekali terjadi gejala
sinestesia ini. Contoh yang lain terjadi pada beberapa frase yaitu suaranya
sedap didengar, warnanya enak dipandang, suaranya berat sekali, bentuknya
manis, kedengarannya memang nikmat dan masih banyak contoh-contoh yang lain.
6) Perbedaan Tanggapan
Setiap unsur leksikal atau kata sebenarnya secara sinkronis
telah mempunyai makna leksikal yang tetap. Namun karena pandangan hidup dan
ukuran dalam norma kehidupan di dalam masyarakat maka banyak kata yang menjadi
memiliki nilai rasa yang rendah, kurang menyenangkan. Di samping itu ada juga
yang menjadi memiliki nilai rasa yang tinggi atau menyenangkan. Kata-kata yang
nilainya merosot menjadi rendah ini disebut dengan istilah peyoratif sedangkan
yang nilainya naik menjadi tinggi disebut ameliorative. Contoh kata bini
sekarang ini dianggap peyoratif sedangkan kata istri dianggap ameliorative.
Begitupun terjadi pada kata laki dan suami, kata bang dan bung. Nilai rasa itu
kemungkinan besar hanya bersifat sinkronis. Secara diakronis ada kemungkinan
bisa berubah. Perkembangan pandangan hidup yang biasanya sejalan dengan perkembangan
budaya dan kemasyarakatan dapat memungkinkan terjadinya perubahan nilai rasa
peyoratif atau amelioratifnya sebuah kata.
7) Adanya Penyingkatan
Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata atau ungkapan yang
karena sering digunakan maka kemudian tanpa diucapkan atau dituliskan secara
keseluruhan orang sudah mengerti maksudnya. Oleh karena itu kemudian banyak
orang menggunakan singkatannya saja daripada menggunakan bentukya secara utuh.
Sebagai contoh ada yang berkata “ ayahnya meninggal” tentu maksudnya meninggal
dunia tapi hanya disebutkan meninggal saja. Hal ini terjadi pula pada kata
berpulang yang maksudnya berpulang ke rahmatullah, ke perpus yang maksudnya ke
perpustakaan, ke lab yang maksudnya ke laboratarium dan sebagainya. Kalau
disimak sebenarnya dalam kasus penyingkatan kata ini bukanlah peristiwa
perubahan makna yang terjadi sebab makna atau konsep itu tetap. Yang terjadi
adalah perubahan bentuk kata. Kata yang semula berbentuk utuh disingkat menjadi
bentuk yang lebih pendek.
8) Proses Gramatikal
Proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi dan
komposisi akan menyebabkan pula terjadinya perubahan makna. Tetapi dalam hal
ini yang terjadi sebenarnya bukan perubahan makna sebab bentuk kata itu sudah
berubah sebagai hasil proses gramatikal dan proses tersebut telah melahirkan
makna-makna gramatikal.
9) Pengembangan Istilah
Salah satu upaya dalam pengembangan atau pembentukan istilah
baru adalah dengan memanfaatkan kosa ata bahasa Indonesia yang ada dengan jalan
member makna baru baik dengan menyempitkan, meluaskan maupun memberi makna
baru. Seperti pada kata papan yang semula bermakna lempengan kayu tipis kini
diangkat menjadi istilah untuk makna perumahan, kata teras yang semula bermakna
inti atau saripati kayu sekarang memiliki makna yang baru yaitu utama atau
pimpinan.
C. Jenis Perubahan Makna
Dalam bagian ini akan diuraikan beberapa jenis perubahan
makna yang terjadi dalam bahasa Indonesia. Berikut pemaparannya :
1. Perubahan Meluas
Yang dimaksud perubahan yang meluas adalah gejala yang
terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah
makna tetapi kemudian karena berbagai factor menjadi memiliki makna-makna yang
lain. Proses perluasan makna ini dapat terjadi dalam kurun waktu yang relative
singkat tetapi dapat juga dalam kurun waktu yang lama. Dan makna-makna lain
yang terjadi sebagai hasil perluasan makna itu masih berada dalam lingkup
poliseminya artinya masih ada hubungannya dengan makna asalnya. Seperti pada
kata saudara yang dahulu hanya mempunyai satu makna yaitu seperut atau
sekandungan sekarang berkembang menjadi bermakna lebih dari satu. Dan mempunyai
makna lain yaitu siapa saja yang sepertalian darah. Lebih jauh lagi sekarang
kata saudara bermakna siapapun orang tersebut dapat disebut saudara.
2. Perubahan Menyempit
Perubahan menyempit merupakan suatu gejala yang terjadi pada
sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas namun kemudian
berubah menjadi terbatas hanya memiliki sebuah makna saja. Kata sarjana yang
pada mulanya berarti orang pandai atau cendekiawan dan sekarang kata itu hanya
memiliki sebuah makna saja yaitu orang yang lulus dari perguruan tinggi.
Sehingga sepandai apapun seseorang sebagai hasil dari belajar sendiri, kalau
bukan tamatan perguruan tinggi maka tidak bisa disebut sebagai sarjana. Sebaliknya
serendah berapapun indeks prestasi seseorang kalau dia sudah lulus dari
perguruan tinggi dia akan disebut sebagai sarjana.
3. Perubahan Total
Yang dimaksud perubahan total yaitu suatu makna sebuah kata
yang berubah total atau berubah sama sekali dari makna asalnya. Memang ada
kemungkinan makna yang dimiliki sekarang masih ada sangkut pautnya dengan makna
asal tapi keterkaitannya ini tampaknya sudah jauh sekali. Sebagai contoh kata
seni yang mulanya bermakna air seni atau kencing sekarang digunakan sebagai
istilah untuk sebuah karya atau ciptaan yang bernilai halus seperti seni lukis,
seni tari, seni suara.
4. Penghalusan (ufemia)
Penghalusan dalam perubahan makna ini maksudnya adalah suatu
gejala ditampilkannya kata-kata atau bentuk-bentuk yang dianggap memiliki makna
yang lebih halus atau lebih sopan daripada yang akan digantikan. Kecenderungan
untuk menghaluskan makna kata tampaknya merupakan gejala umum dalam masyarakat
bahasa Indonesia. Misalnya kata penjara diganti dengan istilah lembaga
pemasyarakatan, pemecatan diganti dengan istilah pemutusan hubungan kerja, babu
diganti dengan istilah pembantu rumah tangga.
5. Pengasaran (disfemia)
Pengasaran yang dimaksud adalah suatu usaha untuk mengganti
kata yang maknanya halus atau bermakna biasa menjadi kata yang maknanya kasar.
Usaha atau gejala pengasaran ini biasanya dilakukan oleh orang dalam situasi
yang tidak ramah atau dalam keadaan jengkel. Seperti pada kata menjebloskan
untuk menggantikan kata memasukkan, kata mendepak untuk menggantikan kata
mengeluarkan dan sebagainya
D. Faktor yang Memudahkan Terjadinya
Perubahan Makna
Dalam hubungannya dengan perubahan makna Ullmann (1972
:198-210) lewat Mansoer Pateda menyebutkan beberapa factor yang memudahkan
terjadinya perubahan makna, berikut uraiannya:
1. Faktor Kebahasaan
Perubahan makna karena factor kebahasaan berhubungan dengan
fonologi, morfologi dan sintaksis. Misalnya kata sahaya yang pada mulanya
bermakna budak tetapi karena kata ini berubah menjadi kata saya maka makna kata
saya dihubungkan dengan orang pertama dan orang tidak menghubungkan dengan kata
budak sehingga maknanya pun menjadi berubah.
2. Faktor kesejarahan
Faktor ini dapat dirinci menjadi factor objek, faktor
institusi, faktor ide, dan faktor konsep ilmiah. Sebagai contoh factor objek,
kata wanita yang sebenarnya berasal dari kata betina. Kata betina selalu
dihubungkan dengan hewan. Kata betina dalam perkembangannya menjadi batina lalu
fonem /b/ merubah menjadi /w/ sehingga menjadi wanita. Dan kata wanita ini
berpadanan dengan kata perempuan dan sekarang orang tidak lagi menghubungkan
kata wanita dengan kata hewan.
3. Faktor Sosial
Perubahan makna yang disebabkan karena faktor sosial
dihubungkan dengan perkembangan Makna kata dalam masyarakat. Misalnya kata
gerombolan yang pada mulanya bermakna orang yang berkumpul atau kerumunan orang
tapi kemudian kata ini tidak disukai lagi sebab selalu dihubungkan dengan
pemberontak atau pengacau. Sebelum tahun 1945 orang dapat saja berkata “
Gerombolan laki-laki menuju pasar”, tetapi setelah tahun 1945 apalagi dengan
munculnya pemberontak maka kata gerombolan enggan digunakan bahkan ditakuti.
4. Faktor Psikologi
Faktor psikologi ini dapat dirinci lagi menjadi factor emosi
dan kata-kata tabu. Sebagai contoh dari factor tabu misalnya penggunaan kata
bangsat. Dahulu makna kata bangsat dihubungkan dengan binatang yang biasa
menggigit jika kita duduk di kursi rotan karena binatang itu hidup di sela-sela
anyaman rotan. Sekatang kalau orang marah lalu mengatakan, “ Hei bangsat,
kenapa hanya duduk?” maka kata bangsat disini tidak lagi diartikan sebagai
binatang kecil tapi manusia yang malas yang kelakuannya menyakitkan hati,
sehingga ada perubahan makna pada kata tersebut.
5. Pengaruh Bahasa Asing
Perubahan bahasa yang satu dengan yang lain tidak dapat
dihindarkan. Hal itu disebabkan oleh interaksi antara sesame bangsa. Itu
sebabnya pengaruh bahasa asing terhadap bahasa Indonesia juga tidak dapat
dihindarkan. Pengaruh itu misalnya berasal dari bahasa Inggris yaitu pada kata
keran yang berasal dari bahasa Inggris crank yang kemudian dalam bahasa
Indonesia bermakna keran yang artinya pancuran air ledeng yang dapat dibuka dan
ditutup. Tetapi kalimat “ Engkau masuk departemen dan dapat membuka keran untuk
kemajuan daerah kita”. Makna keran tidak lagi katup penutup tapi lebih banyak
dikaitkan dengan anggaran.
6. Karena Kebutuhan Kata yang Baru
Telah diketahui bahwa manusia berkembang terus sesuai dengan
kebutuhannya. Kebutuhan tersebut perlu nama atau kata barukarena bahasa adalah
alat komunikasi. Kadang-kadang konsep baru itu belum ada lambangnya. Dengan
kata lain manusia berhadapan dengan ketiadaan kata atau istilah baru yang
mendukung pemikirannya. Kebutuhan tersebut bukan saja kata atau istilah
tersebut belum ada tapi juga orang merasa bahwa perlu menciptakan kata atau
istilah baru untuk suatu konsep hasil penemuan manusia. Misalnya karena bangsa
Indonesia merasa kurang enak menggunakan kata saudara maka muncullah kata Anda.
Kata saudara pada mulanya dihubungkan dengan orang yang sedarah dengan kita
tapi kini kata saudara digunakan untuk menyebut siapa saja.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1.
Hakikat
perubahan makna adalah bahwasannya perubahan makna sebagai hasil asosiasi
antara kata-kata yang diisolasikan (berdiri sendiri)
2.
Sebab-sebab
perubahan makna yaitu perkembangan dalam ilmu dan teknologi, perkembangan
social dan budaya, perbedaan bidang pemakaian, adanya asosiasi, pertukaran
tanggapan indera, perbedaan tanggapan, adanya penyingkatan, proses gramatikal,
dan pengembangan istilah
3.
Jenis
perubahan makna yaitu perubahan meluas, perubahan menyempit, perubahan total,
penghalusan, dan pengasaran
4.
Faktor
yang memudahkan perubahan makna yaitu factor kebahasaan, factor kesejarahan,
factor social, factor psikologi, factor pengaruh bahasa asing dan factor
kebutuhan kata yang baru.
B. Saran
Saran ini ditujukan untuk masyarakat Indonesia pada umumnya
dan mahasiswa pada jurusan kebahasaan terutama bahasa Indonesia, hendaklah di
zaman yang serba berubah ini kita lebih tanggap terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi khususnya dalam bidang bahasa Indonesia. Kita harus melestarikan
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Perubahan yang terjadi perlu kita
cermati dengan baik agar keaslian bahasa Indonesia tetap terjaga.
Daftar
Pustaka
Pateda,
Mansoer. 1996. Semantik Leksikal. Jakarta : Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka
Cipta.
Ullmann, Stephen. 2007. Pengantar Semantik. Yogjakarta : Pustaka Pelajar
Demikianlah yang saya bagikan mengenai perubahan makna semoga bermanfaat.