Makalah Diabetes Mellitus
Table of Contents
Kali ini admin postingkan makalah penyakit diabetes mellitus silahkan simak di bawah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya
kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi
setiap penduduk agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Agar dapat
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal maka dikembangkan upaya
kesehatan untuk seluruh masyarakat yang mencakup upaya peningkatan (promotif),
pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif)
yang bersifat menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Dengan demikian perawatan merupakan hal yang perlu
diperhatikan dalam semua upaya tersebut diatas. Dalam upaya perawatan ini
perawat melaksanakan suatu asuhan keperawatan dengan memperhatikan klien secara
menyeluruh baik fisik, mental, sosial maupun spiritual, dimana perawat harus
selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam proses pertumbuhan dan
pemulihan klien dengan gangguan sistem endokrin khususnya Diabetes Melitus.
Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis yang
menyerang kurang lebih 12 juta orang. Tujuh juta dari 12 juta penderita
diabetes tersebut sudah terdiagnosis; sisanya tidak terdiagnosis. Di Amerika
serikat, kurang lebih 650.000 kasus diabetes baru didiagnosis setiap tahunnya
(Brunner & Suddarth, 2000 Hal. 1220)
Diabetes terutama prevalen diantara kaum lanjut usia.
Diantara individu yang berusia lebih dari 65 tahun, 8,6 % menderita diabetes
tipe II. Angka ini mencakup 15 % populasi pada panti lansia. Di Amerika
Serikat, orang Hispanik, Negro dan sebagian penduduk asli Amerika memiliki
angka insidens diabetes yang lebih tinggi dari pada penduduk kulit putih.
Sebagian penduduk asli Amerika, seperti suku Pima, mempunyai angka diabetes
dewasa sebesar 20 % hingga 50 %.
Diabetes Mellitus menimbulkan gangguan multi sistem
dan merupakan suatu penyakit yang banyak ditemukan di masyarakat. Hal ini dapat
dilihat dengan meningkatnya jumlah klien dengan Diabetes Mellitus yang datang
ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Menurut catatan medik RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, Dari
3240 penderita penyakit dalam , jumlah penderita Diabetes Mellitus yang dirawat
pada bulan Januari sampai Desember 2002 sebanyak 264 orang (8,1%) dengan
Diabetes Mellitus tipe I (IDDM) sebanyak 9 orang (3, 40 %).
Berdasarkan hal tersebut diatas dan hasil penentuan
kasus, penulis mengangkat kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn.
U dengan Diabetes Mellitus Tipe I di Ruang Perawatan Interna Atas Perjan RS.
DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar” dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan.
B.
Batasan Masalah
Pada penulisan karya tulis ini, penulis membatasi
ruang lingkup masalah hanya pada asuhan keperawatan yang diberikan pada satu
klien yang dirawat di Ruang Interna Atas RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar dengan gangguan sistem endokrin
: Diabetes Mellitus Type I, mulai tanggal 31 Maret s.d 1 April 2003.
Uraian tentang hal-hal yang berkaitan dengan kasus
Diabetes Mellitus sangatlah penting, karena itulah sehingga penulis membatasi
masalah hanya pada asuhan keperawatan klien Tn. U dengan Diabetes Mellitus yang
dirawat di Ruang Interna Atas Atas RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar selama dua hari.
C.
Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
memperoleh informasi atau gambaran nyata tentang
pelaksanaan asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes
Mellitus.
2.
Tujuan Khusus
a.
Untuk memperoleh gambaran tentang pengkajian fisik pada
pasien Diabetes Mellitus.
b.
Untuk memperoleh gambaran tentang diagnosa perawatan
dan rencana keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus.
c.
Dapat melakukan tindakan perawatan pada pasien Diabetes
Mellitus.
d.
Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan evaluasi
keperawatan pada klien dengan Diabetes
Mellitus.
e.
Mendokumentasikan asuhan keperawatan pasien Diabetes
Mellitus secara benar dan baik.
D.
Manfaat Penulisan
1. Sebagai
salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Politeknik Kesehatan
Program Studi Keperawatan Tidung Kelas
Khusus Keperawatan RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
2.
Sebagai bahan masukan bagi tenaga keperawatan khususnya
di ruang perawatan Interna Atas Perjan RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar
3.
Bahan bacaan.
E.
Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam karya tulis
ini adalah :
1.
Studi Kepustakaan
Membaca dan mempelajari literatur-lliteratur yang
ada relevansinya dengan karya tulis ini antara lain buku dan catatan kuliah.
2.
Studi Kasus
a.
Wawancara
Untuk mendapatkan data lebih lengkap tentang masalah yang timbul pada
klien, dilakukan dengan cara auto anamnese dan allo anamnese
b.
Observasi
Melakukan observasi langsung kepada pasien Diabetes Mellitus dan juga
mengamati perubahan yang terjadi pada klien.
3.
Studi Dokumenter
Data-data yang didapat dari status klien di ruangan
catatan perawatan, instruksi dokter dan tim kesehatan lainnya.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
A. Konsep Dasar Medik
1.
Pengertian Diabetes Mellitus
a.
Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks
yang mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan
berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis
(Barbara C. Long, 1996).
b.
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang
menimbulkan gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia
yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat
(Brunner dan Sudarta, 1999).
c.
Diabetes Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis
yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama,
mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi
dapat dikontrol (WHO).
d.
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang
ditemukan di seluruh dunia dengan prevalensi penduduk yang bervariasi dari 1 –
6 % (John MF Adam).
2.
Anatomi Fisiologi Pankreas
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya
sangat mirip dengan kelenjar ludah, panjang kira-kira 15 cm berat 60 – 100
gram. Letak pada daerah umbilical, dimana kepalanya dalam lekukan duodenum dan
ekornya menyentuh kelenjar lympe, berfungsi mengekskresi insulin dan glikogen
ke darah.
Pankreas terdiri dari tiga bahagian yaitu :
a.
Kepala pankreas merupakan bahagian paling besar
terletak di sebelah kanan umbilical dalam lekukan duodenum.
b.
Badan pankreas merupakan bagian utama organ itu
letaknya sebelah lambung dan depan vertebra lumbalis pertama.
c.
Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan
yang sebenarnya menyentuh lympa.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
a.
Acini yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum.
b.
Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya
keluar, tetapi menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.
Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel
utama yaitu sel alfa, beta dan delta yang satu sama lain dibedakan dengan
struktur dan sifat pewarnaannya. Sel beta mengekresi insulin, sel alfa
mengekresi glukagon, dan sel-sel delta mengekresi somatostatin.
Fungsi pancreas ada dua, maka disebut organ rangka,
yaitu :
a.
Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula
yang membentuk getah pancreas berisi enzim dan elektrolit. Jenis-jenis enzim
dari pancreas adalah :
1.)
Amylase ; menguraikan tepung menjadi maltosa atau
maltosa dijadikan polisakarida dan polisakarida dijadikan sakarida kemudian
dijadikan monosakarida.
2.)
Tripsin ; menganalisa pepton menjadi polipeptida
kemudian menjadi asam amino.
3.)
Lipase ; menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi
asam lemak dan gliserol gliserin.
b.
Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi
membentuk hormon dalam pulau langerhans yaitu kelompok pulau-pulau kecil yang
tersebar antara alveoli-alveoli pancreas terpisah dan tidak mempunyai saluran.
Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans langsung
diserap ke dalam kapiler darah untuk dibawa ke tempat yang membutuhkan hormon
tersebut. Dua hormon penting yang dihasilkan oleh pancreas adalah insulin dan
glukagon
1).
Insulin
Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk manusia.
Insulin terdiri dari dua rantai asam amino, satu sama lain dihubungkan oleh
ikatan disulfide. Sekresi insulin diatur oleh glukosa darah dan asam amino yang
memegang peranan penting. Perangsang sekresi insulin adalah glukosa darah.
Kadar glukosa darah adalah 80 – 90 mg/ml.
Mekanisme untuk mencapai derajat pengontrolan yang tinggi yaitu :
a.)
Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yaitu
meningkatkan konsentrasinya setelah makan, sekresi insulin juga meningkat
sebanyak 2/3 glukosa yang di absorbsi dari usus dan kemudian disimpan dalam
hati dengan bentuk glikogen.
b.)
Sebagai sistem umpan balik maka mempertahankan glukosa
darah normal.
c.)
Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang
rendah terhadap hypothalamus adalah merangsang saraf simpatis untuk
meningkatkan pelepasan glukosa ke dalam darah. Sebaliknya epinefrin yang
disekresikan oleh kelenjar adrenalin masih menyebabkan pelepasan glukosa yang lebih
lanjut dari hati. Juga membantu melindungi terhadap hypoglikemia berat.
Adapun efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat, yaitu :
a.)
Menambah kecepatan metabolisme glukosa
b.)
Mengurangi konsentrasi gula darah
c.)
Menambah penyimpanan glukosa ke jaringan.
2).
Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh
sel-sel alfa pulau langerhans mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan
insulin. Fungsi yang terpenting adalah : meningkatkan konsentrasi glukosa dalam
darah. Glukagon merupakan protein kecil mempunyai berat molekul 3842 dan
terdiri dari 29 rantai asam amino.
Pengatur sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi
glukosa darah mempunyai efek yang jelas berlawanan pada sekresi glukagon
dibandingkan pada sekresi insulin, yaitu penurunan glukosa darah dapat
menghasilkan sekresi glukagon, bila glukagon darah turun 70 mg/100 ml darah
pancreas mengekresi glukosa dalam jumlah yang sangat banyak yang cepat
memobilisasi glukosa dari hati. Jadi glukagon membantu melindungi terhadap
hypoglikemia.
3.
Etiologi
Etiologi dari Diabetes Mellitus sampai saat ini masih belum
diketahui dengan pasti dari studi-studi eksperimental dan klinis kita
mengetahui bahwa Diabetes Mellitus adalah merupakan suatu sindrom yang
menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang
mendasarinya.
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap
penyebab yaitu :
a.
Faktor genetik
Riwayat keluarga dengan diabetes :
Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita
Diabetes Mellitus dengan kesehatan keluarga sehat, ternyata angka kesakitan
keluarga yang menderita Diabetes Mellitus mencapai 5, 33 % bila dibandingkan
dengan keluarga sehat yang memperlihatkan angka hanya 1, 96 %.
b.
Faktor non genetik
1.)
Infeksi
Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai
predisposisi genetic terhadap Diabetes Mellitus.
2.)
Nutrisi
a.)
Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap
insulin.
b.)
Malnutrisi protein
c.)
Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya
pankreatitis.
3.)
Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya
menyebabkan hyperglikemia sementara.
4.)
Hormonal
Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi,
akromegali karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma karena
konsentrasi glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma karena kadar
katekolamin meningkat
4.
Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi
beberapa type yaitu :
a.
Diabetes Mellitus type insulin, Insulin Dependen
Diabetes Mellitus (IDDM) yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset Diabetes
(JOD), penderita tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya
ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda
dapat disebabkan karena keturunan.
b.
Diabetes Mellitus type II, Non Insulin Dependen Diabetes
Mellitus (NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset Diabetes (MOD)
terbagi dua yaitu :
1.)
Non obesitas
2.)
Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel
beta pancreas, tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.
Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun)
atau anak dengan obesitas.
c.
Diabetes Mellitus type lain
1.)
Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pancreas,
kelainan hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin,
kelainan genetik dan lain-lain.
2.)
Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara
lain :
Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan
asam hidotinik
3.)
Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi
glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan
kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik
somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan
glukosa ke fetus.
5.
Patofisiologi
Sebagian besar patologi Diabetes Mellitus dapat dikaitkan
dengan satu dari tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut : (1)
Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan
konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml. (2)
Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan
kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang
mengakibatkan aterosklerosis. (3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi
pada Diabetes Mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine
penderita Diabetes Mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan
filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam
jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus
yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa
meningkat melebihi 180 mg%.
6.
Gambaran Klinik
Gejala yang lazim terjadi, pada Diabetes Mellitus
sebagai berikut :
Pada
tahap awal sering ditemukan :
a.
Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis
yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga penderita mengeluh
banyak kencing.
b.
Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi penderita lebih banyak minum.
c.
Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi (lapar).
d.
Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka
tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak
dan protein.
e.
Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol
fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat
penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
7.
Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes
Mellitus adalah untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi
acut dan kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia
akan terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes
tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan
intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Penyuluhan kesehatan awal dan berkelanjutan penting dalam membantu klien
mengatasi kondisi ini.
8.
Komplikasi
a.
Akut
1.)
Hypoglikemia
2.)
Ketoasidosis
3.)
Diabetik
b.
Kronik
1.)
Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh
darah jantung pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
2.)
Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati
diabetik, nefropati diabetic.
3.)
Neuropati diabetic.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses
terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan
keluarga, untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses
terapeutik maka perawat melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan.
Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan
yang dilakukan secara sistematis dengan latar belakang pengetahuan komprehensif
untuk mengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan diagnosa,
merencanakan intervensi mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi rencana
sehubungan dengan proses keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
endokrin.
1.
Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem
endokrin Diabetes Mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi
: biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan
masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
Hal
yang perlu dikaji pada klien dengan Diabetes Mellitus :
a.
Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan
tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
b.
Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata
cekung.
c.
Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d.
Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
e.
Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,
disorientasi, letargi, koma dan bingung.
f.
Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
g.
Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h.
Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i.
Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi
impoten pada pria.
2.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering
terjadi berdasarkan teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
klien Diabetes Mellitus yaitu :
a.
Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan
diuresis osmotik.
b.
Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,
penurunan masukan oral.
c.
Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
d.
Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori
berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
e.
Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik.
f.
Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka
panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
g.
Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat,
kesalahan interpretasi informasi.
3.
Rencana Keperawatan
a.
Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan
diuresis osmotik.
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan dengan kriteria :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil,
nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran
urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
1.)
Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Hypovolemia
dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
2.)
Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan
membran mukosa.
Rasional : Merupakan
indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.
3.)
Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.
Rasional : Memberikan
perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari
terapi yang diberikan.
4.)
Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Memberikan
hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan
selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
5.)
Berikan terapi cairan sesuai indikasi.
Rasional : Tipe
dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons
pasien secara individual.
b.
Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan
insulin, penurunan masukan oral.
Tujuan : Pemenuhan nutrisi teratasi dengan kriteria :
-
Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat
-
Menunjukkan tingkat energi biasanya
-
Berat badan stabil atau bertambah.
Intervensi :
1.)
Tentukan program diet dan pola makan pasien dan
bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien.
Rasional : Mengidentifikasi
kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
2.)
Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
Rasional : Mengkaji
pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya).
3.)
Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk
kebutuhan etnik/kultural.
Rasional : Jika
makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama
ini dapat diupayakan setelah pulang.
4.)
Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai
indikasi.
Rasional : Meningkatkan
rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga untuk memahami nutrisi
pasien.
5.)
Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai
indikasi.
Rasional : Insulin
reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu
memindahkan glukosa ke dalam sel.
c.
Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi dengan kriteria :
-
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan
resiko infeksi.
-
Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk
mencegah terjadinya infeksi.
Intervensi :
1).
Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.
Rasional : Pasien
mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan
ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.
2).
Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci
tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk
pasiennya sendiri.
Rasional : Mencegah
timbulnya infeksi silang.
3).
Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.
Rasional : Kadar
glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan
kuman.
4).
Berikan perawatan kulit dengan teratur dan
sungguh-sungguh.
Rasional : Sirkulasi
perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko
terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.
5).
Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan
nafas dalam.
Rasional : Membantu
dalam memventilasi semua daerah paru dan memobilisasi sekret.
d.
Resiko tingi terhadap perubahan persepsi sensori
berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
Tujuan : Tidak terjadi perubahan persepsi sensori dengan kriteria :
-
Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi.
-
Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.
Intervensi :
1.)
Pantau tanda-tanda vital dan status mental.
Rasional : Sebagai
dasar untuk membandingkan temuan abnormal
2.)
Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai
dengan kebutuhannya.
Rasional : Menurunkan
kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak dengan realitas.
3.)
Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin,
dorong untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya.
Rasional : Membantu
memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan mempertahankan
orientasi pada lingkungannya.
4.)
Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau
kehilangan sensori pada paha/kaki.
Rasional : Neuropati
perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi
sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan
gangguan keseimbangan.
e.
Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik.
Tujuan : Kelelahan berkurang/hilang dengan kriteria :
-
Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
-
Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi
dalam aktivitas yang diinginkan.
Intervensi :
1.)
Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.
Rasional : Pendidikan
dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien
mungkin sangat lemah.
2.)
Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat
yang cukup.
Rasional : Mencegah
kelelahan yang berlebihan.
3.)
Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah
sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
Rasional : Mengindikasikan
tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.
4.)
Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas
sehari-hari sesuai toleransi.
Rasional : Meningkatkan
kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat
ditoleransi.
f.
Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka
panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
Tujuan : Perasaan ketidakberdayaan klien dapat berkurang/hilang dengan
kriteria :
-
Mengakui perasaan putus asa
-
Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.
-
Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan
secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.
Intervensi :
1.)
Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan
perasaannya tentang perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara
keseluruhan.
Rasional : Mengidentifikasi
area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan masalah.
2.)
Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.
Rasional : Harapan
yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain atau diri sendiri
dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri dan mungkin
mengganggu kemampuan koping.
3.)
Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta
dalam perawatan diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan
usaha yang dilakukannya.
Rasional : Meningkatkan
perasaan kontrol terhadap situasi.
4.)
Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta
dalam perawatan diri sendiri.
Rasional : Meningkatkan
perasaan kontrol terhadap situasi.
g.
Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat,
keselahan interpretasi informasi.
Tujuan : Pengetahuan klien meningkat dengan kriteria :
-
Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.
-
Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses
penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.
-
Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan.
Intervensi :
1.)
Ciptakan lingkungan saling percaya
Rasional : Menanggapai
dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian
dalam proses belajar.
2.)
Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.
Rasional : Memberikan
pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya
hidup.
3.)
Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan
tinggi serat.
Rasional : Kesadaran
tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam merencanakan
makan/mentaati program.
4.)
Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara
teratur dan jawab pertanyaan pasien/orang terdekat.
Rasional : Membantu
untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih ketat.
4.
Pelaksanaan
Pelaksanaan rencana
keperawatan adalah kegiatan atau tindakan yang diberikan kepada klien sesuai
dengan rencana asuhan keperawatan. Pada tahap ini perawat menerapkan
keterampilannya dan pengetahuannya berdasarkan ilmu keperawatan dan ilmu lain,
yang terkait secara integrasi. Pada waktu perawat memberikan asuhan
keperawatan, proses pengumpulan data berjalan terus-menerus guna
perubahan/penyesuaian tindakan keperawatan.
Beberapa faktor dapat
mempengaruhi pelaksanaan rencana asuhan keperawatan, antara lain sumber-sumber
yang ada, pengorganisasian pekerjaan perawat serta lingkungan fisik dimana
asuhan keperawatan dilakukan.
Pelaksanaan tindakan
keperawatan pasien (empat tindakan yang utama) :
a.
Melaksanakan prosedur keperawatan
b.
Melakukan observasi
c.
Memberikan pendidikan kesehatan (penyuluhan kesehatan).
d.
Melaksanakan program pengobatan.
Pelaksanaan tindakan
keperawatan yang telah direncanakan, dilakukan berdasarkan standar asuhan
keperawatan dan sistem pendelegasian yang telah ditetapkan.
5.
Evaluasi
Hasil yang diharapkan pada klien Diabetes Mellitus
adalah :
a.
Apakah kebutuhan volume cairan klien terpenuhi/adekuat
?
b.
Apakah nutrisi klien terpenuhi ke arah rentang yang
diinginkan ?
c.
Apakah infeksi dapat dicegah dengan mempertahankan
kadar glukosa ?
d.
Apakah tidak terjadi perubahan sensori perseptual ?
e.
Apakah kelelahan dapat diatasi dan produksi energi
dapat dipertahankan sesuai kebutuhan ?
f.
Apakah klien dapat menerima keadaan dan mampu
merencanakan perawatannnya sendiri ?
g.
Apakah klien dapat mengungkapkan pemahaman tentang
penyakit ?
BAB III
PEMBAHASAN
A.Pengertian
Diabetes Militus
Diabetes Mellitus merupakan salah
satu penyakit degeratif, dimana terjadi gangguan metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein serta ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah
(hiperglikemia) dan dalam urin (glukosuria) (Anonim, 2008).
Diabetes Mellitus atau kencing manis
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh karena peningkatan kadar gula dalam
darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon insulin baik absolut maupun
relatif. Absolut berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan relatif berarti
jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang. Hormon Insulin
dibuat dalam pancreas (Anonim, 2008).
·
Ada 2
jenis tipe utama dalam penyakit diabetes yaitu :
1.
Penyakit Diabetes ipe 1
Suatu keadaan dimana tubuh sudah sama
sekali tidak dapat memproduksi hormon insulin. Sehingga penderita penyakit
diabetes harus menggunakan suntikan insulin dalam mengatur gula darahnya.
Sebagian besar penderita penyakit diabetes ini adalah anak-anak & remaja.
Ø Perawatan Penyakit Diabetes Tipe 1
Karena pankreas kesulitan menghasilkan
insulin, maka insulin harus ditambahkan setiap hari. Umumnya dengan cara
suntikan insulin. Apakah bisa dengan perawatan secara oral? Tidak bisa, karena
insulin dapat hancur dalam lambung bila dimasukkan lewat mulut.
Cara lain adalah dengan memperbaiki
fungsi kerja pankreas. Jika pankreas bisa kembali berfungsi dengan normal, maka
pankreas bisa memenuhi kebutuhan insulin yang dibutuhkan tubuh.
2.
Penyakit Diabetes tipe 2
Penyakit diabetes ini terjadi karena
tubuh tidak memproduksi hormon insulin yang mencukupi atau karena insulin tidak
dapat digunakan dengan baik (resistensi insulin). Tipe penyakit
diabetes ini merupakan yang terbanyak diderita saat ini (90% lebih),
sering terjadi pada mereka yang berusia lebih dari 40 tahun, gemuk dan
mempunyai riwayat penyakit diabetes dalam keluarga.
ü Perawatan Penyakit Diabetes Tipe 2
Perawatan penyakit
diabetes tipe 2 adalah dengan memaksa fungsi kerja pankreas sehingga dapat
menghasilkan insulin lebih banyak. Jika pankreas bisa menghasilkan insulin yang
dibutuhkan tubuh, maka kadar gula dalam darah akan menurun karena dapat diubah
menjadi energi. Dalam banyak kasus, dapat diobati dengan minum pil, paling
tidak pada awalnya, untuk merangsang pankreas agar menghasilkan lebih banyak
insulin. Pil itu sendiri bukan insulin.
pankreas bisa lelah menghasilkan insulin jika
terus menerus dipaksa. Cara terbaik untuk mengatasi penyakit diabetes tipe 2
adalah dengan diet yang baik untuk mengurangi berat badan dan kadar gula,
disertai dengan gerak badan yang sesuai.
B. Patofsiologi
Diabetes Militus
Sebagian besar patologi diabetes melitus dapat
dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama kekurangan insuliun sebagai berikut:
1) pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh ,
dengan akibat peningkatan
konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg. Per 100ml.
2) peningkatan nyata mobilisasi lemak dari daerah-daerah
penyimpanan lemak, menyebabkan
kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskular yang mengakibatka
aterosklerosis
3) pengurangan protein dalam dalam jaringan tubuh
(Guyton, A.C., 1990).
C. Faktor yang menyebabkan
penyakit diabetes.
1. Faktor
keterunan
2. Kegemukan
/ obesitas
3.
Tekanan darah tinggi
4. Level
kolesterol yang tinggi
5.
Gaya hidup modern yang cenderung mengkonsumsi makanan instan
6. Merokok
dan stres
7. Terlalu
banyak mengkonsumsi karbohidrat
8. Kerusakan
pada sel pankreas.
D. Ciri-ciri kencing manis dan Gejala
Gangguan metabolisme
karbohidrat menyebabkan tubuh kekurangan energi, itu sebabnya penderita
diabetes melitus, umumnya terlihat lemah, lemas dan tidak bugar. Gejalah umum
yang dirasakan oleh penderita diabetes adalah :
1. Banyak
kencing terutama pada malam hari (poliuri)
2. Gampang
haus dan banyak minum (polidipsia)
3. Muda
lapar dan banyak makan (polyphagia)
4. Mudah
lelah dan sering mengantuk
5. Penglihatan
kabur
6. Sering
pusing dan mual
7. Berat
badan trus menurun
8. Sring
kesmutan dan gatal-gatal pada bgian kaki da tangan.
Semua
gejalah ini merupakan efek dari kadar gula darah yang tinggi akan mempengaruhi
ginjal da menghasilkan air kemih dalam jumlah banyak dan mengencerkan glukosa
sehingga penderita sering buang air kecil dalam jumlah banyak (poliuri) dan
akibat poliuri ini maka penderita merasakan haus yang berlbihan
sehingga banyak minum (polidipsi) . sejumlah besar kalori hilang ke dalam air
kemih,penderita mengalami penurunan berat badan
E. Tanda pada seorang
penderita Diabetes
1. Kadar
gula dalam darah tinggi
2. Rusaknya
pankreas
3. Urine
dikerubuti semut
4. Dll
F.
Tujuan Pengobatan Penderita DM
1.
Untuk
mengurangi gejala,
2.
menurunkan BB
bagi yang kegemukan &
3.
mencegah
terjadinya komplikasi.
a.
Diit
Penderita DM sangat
dianjurkan untuk menjalankan diit sesuai yang dianjurkan, yang mendapat
pengobatan anti diuretik atau insulin, harus mentaati diit terus menerus baik
dalam jumlah kalori, komposisi dan waktu makan harus diatur. Ketaatan ini
sangat diperlukan juga pada saat : undangan/pesta, melakukan
perjalanan, olah raga (OR) dan aktivitas lain (Anonim, 2008).
a.
Obat-obatan
Tablet/suntikan
anti diabetes diberikan, namun therapy diit tidak boleh dilupakan dan
pengobatan penyulit lain yang menyertai /suntikan insulin (Anonim, 2008).
b.
Olah Raga
Dengan olahraga teratur sensitivitas sel terhadap insulin menjadi lebih
baik, sehingga insulin yang ada walaupun relatif kurang, dapat dipakai dengan
lebih efektif. Lakukan olahraga 1-2 jam sesudah makan terutama pagi hari selama
½ - 1 jam perhari minimal 3 kali/minggu. Penderita DM sebaiknya konsultasi gizi
kepada dokter atau nutritionis (ahli gizi) setiap 6 bulan sekali untuk mengatur
pola diit dan makan guna
mengakomodasikan pertumbuhan dan perubahan BB sesuai
pola hidup (Anonim, 2008).
G. Pengobatan
Diabetes
Teori pengobatan pada diabetes melitus didasarkan atas
pemberian insulin dalam jumlah cukup sehingga memungkinkan metabolisme
karbohidrat penderita normal. Terapi optimmum dapat mencegah bagian terbesar
efek akut diabetes dan sangat memperlambat timbulnya efek-efek kroniknya (Guyton, A. C., 1990).
Biasanya, penderita diabetes diberi dosis tunggal
salah satu preparat insulin bermasa kerja lama setiap hari, ia meningkatkan
seluruh metabolisme karbohidratnya sepanjang hari, kemudian insulin regular
(suatu preparat bermasa kerja singkat yang berlangsung hanya beberapa jam)
tambahan diberikan pada setiap saat kadar glukosa darah cenderung meningkat
terlalu tinggi, seperti waktu makan. Jadi, setiap penderita diberi pengobatan
rutin secara individual (Guyton, A. C.,
1990).
Diet penderita diabetes. Kebutuhan insulin penderita
diabetes ditentukan oleh diet standar penderita yang mengandung karbohidrat
dalam jumlah normal dan terkontrol baik serta perubahan jumlah masukkan
karbohidrat mengubah kebutuhan akan insulin (Guyton, A. C., 1990).
Pada orang normal, Pankreas mempunyai kemampuan untuk
menyesuaikan jumlah insulin yang dihasilkan terhadap masukan karbohidrat;
tetapi pada orang diabetes total, fungsi pengaturan ini hilang sama sekali.
Pada diabetes jenis awitan maturitas yang dengan obesitas, sering penyakit ini
dapat dikontrol dengan mengurangi berat badan saja (Guyton, A. C., 1990).
Hubungan pengobatan dengan arteriosklerosis. Penderita
diabetes mempunyai kecenderungan besar mengalami aterosklerosis, arteriosklerosis,
serta penyakit jantung koroner berat dan beberapa lesi mikrosirkulasi. Memang,
orang yang menderita diabetes yang pengendaliannya relatif buruk waktu
anak-anak mungkin mati karena penyakit jantung pada usia 20-an tahun (Guyton, A. C., 1990).
Pada hari-hari permulaan pengobatan diabetes, ada
kecenderungan banyak mengurangi karbohidrat dalam diet sehingga kebutuhan
insulin minimum. Tindakan ini mempertahannkan kadar gula darah turun ke nilai
normal dan mencegah kehilangan glukosa kedalam urina, tetapi hal ini tidak
mencegah kelainan-kelainan metabolisme lemak (Guyton, A. C., 1990).
Akibatnya, saat ini cenderung membiarkan penderita
dengan diet karbohidrat normal dan kemudian secara serentak memebrikan insulin
dosis tingggi untuk memetabolisme karbohidrat. Hal ini menurunkan kecepatan
metabolisme lemak dan juga membantu menurunkan kadar kolesterol yang tinggi
yang terjadi pada diabetes sebagai akibat kelainan metabolisme lemak (Guyton, A. C., 1990).
Karena komplikasi diabetes-seperti arteroskelerosis,
peningkatan kepekaan berlebihan terhadap infeksi, retinopati diabetika,
katarak, hipertensi, dan penyakit
ginjal kronik-lebih berkaitan dengan kadar lipid darah dibandingkan dengan
kadar glukosa darah, maka ia merupakan objek pengobatan klinik diabetes untuk memberikan
glukosa dan insulin dalam jumlah cukup sehingga jumlah lipid darah menjadi
normal. (Guyton, A. C., 1999)
H. Obat-obat anti diabetes
Golongan
|
Nama
generik
|
Nama
dagang
|
Dosis
|
Sulfonylurea
|
Chlorpropamide
Glibenclamid
Gliquidone
Gliclazide
Glipizide
glipmepride
|
Diabenese
daonil,euglucon
Glurenorm
Diamicron
minidiab,glicotrol
amaryl
|
250-500 mg
2,5-15 mg
30-120 mg
20-320 mg
2,5-20 mg
1-8 mg
|
Biguanides
|
Metformin
|
Glucophage,diabex
|
0,5-3 mg
|
alpha glucosidase inhibitor
|
Acarbose
|
Glucobay
|
50-600 mg
|
Meglitinides
|
Nateglinides
repaglinides
|
Starlix
novonorm
|
180-540 mg
0,5-16 mg
|
tiazolidinediones
|
Pioglitazone
rosiglitazone
|
Actos
avandia
|
15-30 mg
4-8 Mg
|
I.
Mekanisme Kerja Obat Anti Diabet
1. SULFONYLUREA
Obat Golongan ini
digunakan Untuk menurunkan glukosa darah, obat inimerangsang
sel beta dari pankreas untuk memproduksi lebih banyak insulin.
Jadi syarat pemakaian obat ini adalah apabila pankreas masih baik untuk
membentuk insulin, sehingga obat ini hanya bisa dipakai pada
diabetes tipe 2.
Efek
Samping : Sulfonylurea bisa menyebabkan hipoglikemia, terutama bila
dipakai dalam 3 – 4 bulan pertama pengobatan akibat perubahan diet dan
pasien mulai sadar berolahraga serta minum obat. Apabila ada
gangguan fungsi ginjal atau hati, dosis perlu diperhatikan
karena lebih mudah timbul hipoglikemia. Namun secara umum obat ini
baik untuk menurunkan glukosa darah.
2. BIGUANIDES
Obat biguanides memperbaiki kerja insulin
dalam tubuh, dengan cara mengurangi resistensi insulin. Pada diabetes
tipe 2, terjadi pembentukan glukosa oleh hati yang melebihi normal.
Biguanides menghambat proses ini, sehingga kebutuhan insulin untuk
mengangkut glukosa dari darah masuk ke sel berkurang, dan
glukosa darah menjadi turun.
ü Efek
Samping
Metformin biasanya jarang
memberikan efek samping. Tetapi pada beberapa orang bisa timbul
keluhan terutama pada saluran cerna, misalnya :
* Gangguan pengecapan
* Nafsu makan menurun
* Mual, muntah
3. ALPHA-GLUCOSIDASE INHIBITORS
Obat golongan ini bekerja di usus,
menghambat enzim di saluran cerna, sehingga pemecahan karbohidrat
menjadi glukosa atau pencernaan karbohidrat di usus
menjadi berkurang. Hasil akhir dari pemakaian obat ini
adalah penyerapan glukosa ke darah menjadi lambat, dan glukosa
darah sesudah makan tidak cepat naik.
ü Efek Samping
Obat ini umumnya aman dan efektif,
namun ada efek samping yang kadangmengganggu, yaitu perut kembung,
terasa banyak gas, banyak kentut, bahkan diare. Keluhan ini biasanya
timbul pada awal pemakaian obat, yang kemudian berangsur bisa berkurang
4. MEGLITINIDES
Golongan Obat
ini menyebabkan pelepasan insulin dari pankreas secaracepat dan dalam
waktu singka.Termasuk golongan obat ini adalah Repaglinide (Novonorm)
dan Nateglinide (Starlix). Efek Samping Meskipun sama seperti
sulfonylurea, efek samping hipoglikemia boleh dikatakan jarang terjadi,
hal ini disebabkan oleh efek rangsangan pelepasan insulin hanya
terjadi pada saat glukosa darah tinggi.
5. THIAZOLIDINEDIONES
Obat
ini baik bagi penderita diabetes tipe 2 dengan resistensi insulin, karena
bekerja dengan merangsang jaringan tubuh menjadi lebih sensitif terhadap
insulin, sehingga insulin bisa bekerja dengan lebih baik,
glukosa darahpun akan lebih banyak diangkut masuk ke dalam sel,
dan kadar glukosa darah akan turun. Selain itu, obat thiazolidinediones
juga menjaga hati agar tidak banyak memproduksi glukosa.
Efekmenguntungkan lainnya adalah obat ini
biasa menurunkan trigliserida darah.
ü Efek
Samping
Beberapa efek merugikan yang
mungkin timbul adalah bengkak, berat badan naik, dan rasa capai. Efek
serius yang jarang terjadi adalah gangguan hati
J.
Contoh Obat
- Diabenese (klorpropamid) 250mg. Indikasi : diabetes melitus tanpa komplikasi tipe nonketotik ringan, sedang atau parah.
- KI: diabetes melitus tipe remaja dan pertumbuhan, diabetes parah atau tidak stabil, diabetes terkomplikasi dengan ketosis dan asidosis, koma diabetik.
- ES: erupsi kulit, eritema
- Daonil (glibenklamid) 5mg Indkasi : diabetes melitus pada orang dewasa.
- KI: diabetes melitus Tipe I, diabetes penguraian metabolik, koma diabetik, gangguan ginjal parah, kehamilan dan menyusui.
- Dosis : awal, sehari 2,5mg, dinaikan 2,5mg dengan interval 3-5 hari sampai metabolik tercapai.
- Glucobay (akarbose) 50mg, 100mg Indikasi : terapi penambah untuk diet, penderita diabetes melitus
- KI: hipersensitif, gangguan intenstinal kronis berkaitan dengan absorbsi dan pencernaan, gangguan ginjal berat dan kehamilan.
- ES: gangguan pencernaan seperti kembung, diare, nyeri saluran cerna.12.Dosis : awali dengan 50mg, kemudian ditingkatkan hingga 100-200mg 3X sehari. Dosis dapat ditingkatkan setelah 4-8 minggu.
- Clamega (glibenklamid) 5mg
- I : diabetes melitus ringan atau sedang.
- KI: diabetes militus dengan komplikasi dan ginjal parah.
- ES : reaksi hipoglikemia, reaksi alergi kulit
- DS : ½ tablet perhari bersama makan pagi, dosis dapat di tingkatkan hingga 1 tablet, maksimum 3 tablet per hari
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Diabetes
Mellitus atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon
insulin baik absolut maupun relatif.
Ada dua jenis
diabetes yaitu diabetes tipe l dan diatetes tipe ll .
Diabetes tipe I diakibatkan karena tejadinya kerusakan
pankreas sehingga insulin harus di datangkan dari luar. Diabates tipe II atau
disebut juga DM yang tidak tergantung pada insulin yang disebabkan karena
insulin yang tidak dapat bekerja dengan baik.
B.
Saran
Bagi
penderita diabetes melitus atau kencing manis sebaiknya menjaga pola makan dan
diet agar kadar gula dalam darah bisa terkontrol dengan baik. Selain menjaga
pola makan dan diet penderita DM juga bisa menggunakan kombinasi obat anti
diabetes seperti metformin dengan glibenclamid untuk mengetahui efek
penurunannya terhadap kadar gula darah.
DAFTAR
PUSTAKA
Adnyana,
K., E. Yulinah. (2004). Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Buah Mengkudu
(Morinda citrifolia L.).
Anonim. (2008). Peran DIIT Dalam Penanggulangan
Diabetes.
Guyton, A. C. (1990). Fisiologi Manusia Dan Mekanisme Penyakit. Edisi
Ketiga. Jakarta: EGC. Hal. 707-708.
Katzung, B.G. (2002). Farmakologi Dan Klinik. Edisi
Kedua. Surabaya: Universitas Airlangga Press. Hal. 125-126.
Mycek, M. J., Harvey, R.A., Champe, P. C. (2001).
Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Widya Medika. Hal.
261-262.
Schunak. W. (1990). Senyawa Obat. Edisi Kedua.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 558.
Tan, H.T. dan K. Rahardja. (2007). Obat-Obat Penting
Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi Keenam.
Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia. Hal. 742.
Demikianlah yang saya bagikan mengenai penyakit diabetes mellitus semoga bermanfaat.
Demikianlah yang saya bagikan mengenai penyakit diabetes mellitus semoga bermanfaat.