Makalah Diare | Asuhan Keperawatan Diare
Table of Contents
Kali ini admin postingkan makalah penyakit diare silahkan simak di bawah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar
Belakang
Kesehatan anak merupakan topic yang
sangat penting di negara-negara berkembang. Seluruh petugas kesehatan harus
banyak mengetahui tentang kesehatan anak karena separuh dari populasi adalah
anak-anak, dan anak-anak merupakan kelompok dalam masyarakat yang paling rentan
terserang penyakit. Hal ini karena mereka belum mempunyai cukup perlindungan
(kekebalan) terhadap berbagai penyakit. Penyakit-penyakit anak yang sering
terjadi dan menyebabkan banyak kematian seringkali dapat dicegah.
Faktor-factor yang dapat
mempengaruhi kesehatan anak di Indonesia
antara lain :
a.
Indicator kesehatan anak
Sebagai indicator yang peka tentang kesehatan anak adalah angka kematian
bayi dan angka kematian balita, status gizi, umur harapan hidup dan tingkat
pendidikan.
b.
Masalah umum kesehatan anak
Masalah kesehatan anak dan pertumbuhan anak sangat dipengaruhi oleh
persoalan utama yaitu kurang gizi dan penyakit infeksi.
c.
Faktor-faktor lain, seperti penduduk, sosial budaya,
ekonomi, kondisi lingkungan fisik dan biologis, dan lain-lain.
Bila ditinjau dari indicator
kesehatan maka masalah utama kesehatan anak di Indonesia adalah masih tingginya
morbilitas dan mortalitas pada golongan bayi dan balita. Penyebab utamanya
adalah lingkungan yang kurang menunjang, mutu pelayanan kesehatan yang masih
rendah dan keadaan sosial/ekonomi/budaya masyarakat yang kurang memadai. Kejadian
atau timbulnya suatu penyakit dipengaruhi oleh tiga factor penentu, yaitu :
factor lingkungan, factor perilaku, dan factor genetic. Ketiga factor tersebut
dapat bekerja secara tersendiri atau masing-masing saling berpengaruh, factor
penentu ini berlainan bagi tiap individu, keluarga, daerah atau negara. Di
Indonesia misalnya karena factor lingkungan kurang menunjang, tingkat pendidikan
rendah, kesadaran terhadap kesehatan masih kurang, maka akan dijumpai banyak
penyakit : infeksi, infertasi cacing, parasit, penyakit kulit, atau penyakit
kurang gizi.
Di Indonesia, angka kematian bayi berkisar antara 40-145 per 1000
bergantung pada daerahnya. Angka rata-rata nasional tahun 1992 sekitar 58 per
1000. Penyakit utama kematian ini antara lain, penyakit saluran nafas, malaria,
diare, terutama bayi yang diberi minum susu botol dan marasmus.
Pada anak usia 1-4 tahun terdapat angka kematian yang tinggi karena
penyakit-penyakit yang sebagian besar dapat dicegah, seperti : malnutrisi,
infeksi (malaria, infeksi saluran nafas, diare, meningitis, tuberculosis, dan
campak), anemia (John B., John stace).
Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada
bayi dan anak di Indonesia.
Diperkirakan angka kesakitan berkisar diantara 150-430 penduduk setahunnya.
Dengan upaya yang sekarang telah dilaksanakan, angka kematian di rumah sakit
dapat ditekan menjadi kurang dari 3 %.
Di Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar
keluhan pasien pada ruang praktek dokter. Sedangkan di beberapa rumah sakit di Indonesia data
menunjukkan diare akut karena infeksi terdapat pada peringkat pertama sampai
dengan keempat pasien dewasa yang dapat berobat ke rumah sakit (KOPAPDI VI,
Jakarta, 1984). Pada tahun 1980 diare merupakan penyakit utama sebagai penyebab
kematian pada bayi, yang menempati peringkat pertama sekitar 24,1 % dan pada
tahun 1965-1975 penyebab kematian pada anak usia 1-4 tahun menempati peringkat
pertama pula.
Diare sering disebut gastroenteritis, menyebabkan kematian pada anak.
Kematian karena penyakit diare disebabkan oleh dehidrasi akibat diare dan
muntah. Diare dan muntah menyebabkan hilangnya air dan garam dari dalam tubuh.
Kematian pada anak karena diare dapat dicegah dengan memberikan banyak cairan
kepada anak yang terkena diare, pendidikan kesehatan dan peningkatan standar
umum kehidupan dan memperbaiki nutrisi anak.
Berdasarkan uraian diatas maka sebagai petugas kesehatan perlu mengetahui
bagaimana penyakit diare itu sebenarnya dan perawatan anak dengan diare.
I.2 Perumusan
Masalah
Dari uraian latar belakang diatas,
penulis mencoba untuk mengangkat permasalahan gangguan kesehatan pada anak yang
difokuskan pada anak dengan diare. Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini antara lain :
I.2.1 Apa pengertian diare ?
I.2.2 Apa etiologi diare ?
I.2.3 Bagaimana patofisiologi diare ?
I.2.4 Bagaimana patogenesis diare ?
I.2.5 Apa tanda dan gejala klinik diare ?
I.2.6 Apa saja klasifikasi pada diare ?
I.2.7 Apa saja pemeriksaan penunjang diare ?
I.2.8 Apa komplikasi diare ?
I.2.9 Bagaimana pengobatan diare ?
I.2.10 Bagaimana pencegahan penyakit diare ?
I.3 Tujuan
Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dari
penulisan makalah ini diharapkan bagi mahasiswa khususnya dan umumnya pembaca
dapat mengetahui dan memahami mengenai :
I.3.1 Mengetahui pengertian diare
I.3.2 Mengetahui etiologi diare
I.3.3 Mengetahui patofisiologi diare
I.3.4 Mengetahui patogenesis diare
I.3.5 Mengetahui tanda dan gejala klinik diare
I.3.6 Mengetahui klasifikasi pada diare
I.3.7 Mengetahui pemeriksaan penunjang diare
I.3.8 Mengetahui komplikasi diare
I.3.9 Mengetahui pengobatan diare
I.3.10 Mengetahui pencegahan penyakit diare
I.4 Metode
Penulisan
Metode penulisan makalah ini adalah
dengan melakukan studi literature yaitu dengan mencari, mengumpulkan dan
menyusun teori mengenai diare pada anak dari berbagai buku.
I.5 Kegunaan
Penulisan
Dengan disusunnya makalah ini,
diharapkan dapat melengkapi referensi bagi mahasiswa maupun pembaca untuk dapat
memahami mengenai diare pada anak.
I.6 Sistematika
Penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
DIARE
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian
Diare
Diare adalah kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena buang air besar (defekasi) dengan
tinja berbentuk encer atau cair, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja).
Di bagian ilmu kesehatan anak FKUI /
RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal dimana pada neonatus
bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi
berumur lebih dari 1 bulan dan anak bila frekuensinya lebih dari 3 kali.
II.2 Etiologi
Diare
Ada banyak keadaan yang dapat menyebabkan
diare pada anak. Keadaan nutrisi anak sangat penting. Anak-anak yang tidak
tumbuh dengan baik sering sekali terkena diare. Jika mereka terkena diare
keadaannya biasanya lebih berat dibanding anak dengan nutrisi baik.
Etiologi diare dapat dibagi dalam
beberapa factor, yaitu :
1.
Faktor infeksi
a.
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi :
- Infeksi
bakteri : vibrio, Enteropathogenik, Escherichia Coli, Salmonella, Shigella,
Yersinia Enterocolitica, Campylobacter, Aeromonas.
- Infeksi
virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus,
Astrovirus, Human Retrovirua seperti agent, Rotavirus.
- Jamur
: Candida Albicans
- Parasit
: Cacing (Ascaris, Trictiuris, Oxyuris, giardia clambia, Crystosporidium).
- Protozoa
: Entamoeba histolityca, Trichomonas hominis
b.
Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain
diluar alat pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), Torsilofaringitis,
Bronchopneumonia, ensefalitis, dsb. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak berumur dibawah 2 tahun.
2.
Factor malabsorbsi
a.
Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi
laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan
galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi
laktosa.
b.
Malabsorbsi lemak
c.
Malabsorbsi protein
3.
Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap
makanan, susu.
4.
Faktor psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun
jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.
II.3 Patofisiologi
Sebanyak kira-kira 9-10 liter cairan
memasuki saluran cerna setiap harinya, berasal dari luar (diet) dan dari dalam
tubuh kita (sekresi cairan lambung, empedu, dan sebagainya). Sebagian besar (75
% - 85 %) dari jumlah tersebut akan diabsorbsi kembali dari usus halus dan
sisanya sebanyak 1500 ml akan memasuki usus besar. Sejumlah 90 % dari cairan di
usus besar akan diresorbsi, sehingga tersisa sejumlah 150 – 250 ml cairan yang
akan ikut membentuk tinja.
Cairan intraluminal yang meningkat
menyebabkan terangsangnya usus secara mekanis karena meningkatnya volume,
sehingga motilitas usus meningkat. Dengan kata lain meningkatnya motilitas dan
cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi
dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan.
Cairan, sodium, potassium dan
bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler ke dalam tinja, sehingga
mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat terjadi asidosis
metabolic.
Diare yang terjadi merupakan proses dari :
-
Transport aktif akibat rangsangan toksin bakteri
terhadap elektrolit kedalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami
iritasi dan meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit, microorganisme yang
masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan
intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan
dan elektrolit.
-
Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal
untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan, ini terjadi
pada sindrom malabsorbsi. Meningkatnya motilitas intestinal dapat mengakibatkan
gangguan absorbsi intestinal.
Menurunnya
pemasukan atau hilangnya cairan akibat :
Muntah
Diare
Demam
Hiperventilasi
¯
Tiba-tiba dengan
cepat cairan ekstraseluler hilang
¯
Ketidakseimbangan
elektrolit
¯
Hilangnya cairan
dalam intraseluler
¯
Disfungsi seluler
¯
Syock hipovolemik
¯
Kematian
II.4 Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan
timbulnya diare adalah :
1.
Gangguan osmotic
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
2.
Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toxin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3.
Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltic usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.
Patogenesis diare akut
Masuknya jasad renik yang masih hidup kedalam usus halus, setelah
berhasil melewati rintangan asam lambung (Hcl) kemudian berkembang biak di usus
halus dan mengeluarkan toxin. Akibat multiplikasi toxin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Patogenesis diare kronis
Keadaan ini lebih kompleks dan factor-faktor yang menimbulkan ialah infeksi
bakteri, parasit, malnutrisi dan malabsorbsi.
II.5 Tanda
dan Gejala klinik Diare
a)
Mula-mula bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu
tubuh biasanya meningkat.
b)
Nafsu makan berkurang atau tidak ada.
c)
Tinja atau feses cair dan mungkin disertai lendir atau
darah.
d)
Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya
defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam
laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare.
e)
Kadang-kadang muntah dan hal ini bisa terjadi sebelum
atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau
akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
f)
Bila pasien banyak kehilangan cairan dan elektrolit,
maka timbul gejala dehidrasi mulai tampak, dengan tanda-tanda :
-
Berat badan turun
-
Turgor kulit berkurang
-
Mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung
-
Selaput lender bibir dan mulut serta kulit
tampak kering
-
Capillary Refill Time lebih dari 2 detik
II. 6 Klasifikasi
Dehidrasi Pada Diare
Berdasarkan banyaknya cairan yang
hilang, tahapan dehidrasi (Ashwill and Droske, 1997) terbagi menjadi :
Ø
Dehidrasi ringan, yakni berat badan menurun 3 %
- 5 %, volume cairan yang hilang < 50 ml/kg.
Ø
Dehidrasi sedang; berat badan menurun 6 % - 9 %,
volume cairan yang hilang 50 – 90 ml/kg.
Ø
Dehidrasi berat; Berat badan turun >10 %,
volume cairan yang hilang sama dengan atau lebih dari 100 ml/kg.
Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga terjadi renjatan
hipovolemik dengan gejala-gejalanya yaitu :
-
Denyut jantung menjadi cepat
-
Denyut nadi cepat, kecil
-
Tekanan darah menurun
-
Penderita menjadi lemah
-
Kesadaran menurun (apatis, somnolen, dan
kadang-kadang sampai soporokomateus).
-
Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria)
-
Bila sudah ada asidosis metabolic akan pucat, pernapasan
cepat dan dalam (pernapasan kusmaul)
Asidosis
metabolic terjadi karena :
1.
Kehilangan NaHCO3 melalui tinja
2.
Ketosis kelaparan
3.
Produk-produk metabolic yang bersifat asam tidak dapat
dikeluarkan (oleh karena oliguria atau anuria)
4.
Berpindahnya ion natrium dari cairan ekstraseluler ke
cairan intrasel.
5.
Penimbunan asam laktat (anoksia jaringan tubuh).
Sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi:
Ø
Dehidrasi hipotonik (dehidrasi hiponatremia)
yaitu bila kadar natrium dalam plasma kurang dari 130 mEq/l.
Ø
Dehidrasi isotonic (dehidrasi isonatremia) yaitu
bila kadar natrium dalam plasma 130 – 150 mEq/l, sedangkan
Ø
Dehidrasi hipertonik (dehidrasi hipernatremia)
yaitu bila kadar natrium dalam plasma lebih dari 150 mEq/l.
Pada dehidrasi hipotonik dan isotonic pasien tampak tidak begitu haus,
tetapi pada pasien dehidrasi hipertonik rasa haus akan nyata sekali dan sering
disertai kelainan neurologik seperti kejang, hiperfleksi dan kesadaran yang
menurun, sedangkan turgor dan tonus tidak begitu buruk.
II.7 Pemeriksaan
Penunjang
Bila ditemukan pasien dengan
gejala-gejala diare maka untuk memudahkan pemberian pengobatan perlu diperiksa
laboratorium mengenai :
a.
Pemeriksaan tinja / feses
-
Makroskopis dan mikroskopis, tinja dapat
disertai darah / lendir.
-
PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas
lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
-
Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji
resistensi.
b.
Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah
dengan menentukan PH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan
pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan).
c.
Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui
faal ginjal.
d.
Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium,
kalsium dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai
kejang).
e.
Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis
jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama pada
dilakukan pada penderita diare kronik.
II.8 Komplikasi
Diare
Sebagai akibat kehilangan cairan dan
elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam komplikasi, seperti :
1.
Dehidrasi, hal ini bisa terjadi tergantung dari jumlah
cairan yang keluar. Bisa terjadi dehidrasi ringan, sedang, berat, hipotonik,
isotonic, atau hipertonik.
2.
Renjatan hipovolemik
3.
Hipokalemia (defisiensi kalium) dengan gejala
meteorismus, hipotonik otot, lemah, bradikardia, perubahan pada
elektrokardiogram.
4.
Hipoglikemia, yaitu terganggunya penyimpanan glikogen
dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa oleh usus (sering terjadi pada
anak-anak).
5.
Asidosis metabolic terjadi akibat kehilangan bikarbonat
melalui tinja, ketosis, kelaparan, oliguria / anuria dan penimbunan asam laktat
karena hipoksia jaringan tubuh.
6.
Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi
enzim lactase karena kerusakan vili mukosa usus halus.
7.
Gangguan sirkulasi darah akibat cairan yang banyak
keluar melalui muntah dan berak-berak sehingga terjadi syok.
8.
Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
9.
Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan
muntah, penderita juga mengalami kelaparan.
10.
Cardiac dysrhythmia akibat hipokalemi dan hipokalsemi.
II.9 Pengobatan
Diare
Dasar pengobatan diare adalah :
1)
Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat)
2)
Dietetik (pemberian makanan)
3)
Obat-obatan
1.
Pemberian
cairan pada diare dengan dehidrasi
v
Jenis cairan
a.
Larutan rehidrasi oral (oral rehidration salts)
Anak yang menderita diare dengan dehidrasi ringan atau sedang harus
direhidrasi dengan larutan rehidrasi oral (LRO).
- Formula
lengkap mengandung NaCl, NaHCO3, KCl dan
glukosa. Formula lengkap sering disebut oralit. Kadar Na 90 mEq/l
untuk kolera dan diare akut pada anak > 6 bulan dengan dehidrasi ringan,
sedang atau tanpa dehidrasi.
- Formula
sederhana (tidak lengkap) mengandung Nacl dan sukrosa atau karbohidrat,
misalnya larutan gula garam, larutan air tajin garam, larutan tepung beras garam,
dsb.
Penting untuk diingat bahwa cairan rehidrasi oral harus dibuat dengan
cara yang benar, yaitu 1 bungkus dilarutkan dengan 1 liter air.
b.
Cairan parenteral
Anak dengan dehidrasi ringan, sedang sampai berat yang tidak membaik
setelah pemberian cairan rehidrasi oral maka harus diberikan cairan intravena.
Cairannya seperti :
- DG
aa (1 bagian larutan Darrow + 1 bagian glukosa 5 %) .
- RL
g (1 bagian Ringer laktat + 1 bagian glukosa 5 %)
- RL
(Ringer Laktat)
- 3
@ (1 bagian NaCl 0,9 % + 1 bagian glukosa 5 % + 1 bagian Na
laktat 1/6 mol/l)
- DG
1 : 2 (1 bagian larutan Darrow + 2 bagian glukosa 5 %)
- RLg
1 : 3 (1 bagian Ringer laktat + 3 bagian glukosa 5 – 10 %)
- Cairan
4 : 1 (4 bagian glukosa 5 – 10 % + 1 bagian NaHCO3 1 ½ %
atau 4 bagian glukosa 5 – 10 % 1 bagian NaCl 0,9 %)
v
Jalan pemberian cairan
a.
per oral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa
dehidrasi dan bila anak mau minum serta kesadaran baik.
b.
Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa
dehidrasi, tetapi anak tidak mau minum, atau kesadaran menurun.
c.
Intravena untuk dehidrasi berat.
v
Jumlah cairan
Berat badan
|
Umur
|
PWL*
|
NWL**
|
CWL***
|
Jumlah
|
- 3 Kg
3 – 10 Kg
10 – 15 Kg
15 – 25 Kg
|
- 1 bln
1 bln – 2 thn
2 – 5 thn
5 – 10 thn
|
150
125
100
80
|
125
100
80
65
|
25
25
25
25
|
300
250
205
170
|
Keterangan : *
PWL = Previous Water Loss
(ml/kgbb)
** NWL = Normal Water Losses (ml/kgbb)
***CWL = Concomitant Water Losses (ml/kgbb)
v
Jadwal (kecepatan pemberian cairan)
a.
Belum ada dehidrasi
- Oral
sebanyak anak mau minum (ad libitum)
atau 1 gelas setiap kali buang air besar.
- Parenteral
dibagi rata dalam 24 jam.
b.
Dehidrasi ringan
- 1
jam pertama : 25 – 50 ml/kgbb peroral atau intragastrik.
- Selanjutnya
: 125 ml/kgbb/hari atau ad libitum.
c.
Dehidrasi sedang
- 1
jam pertama : 50 – 100 ml/kgbb peroral atau intragastrik
- selanjutnya
: 125 ml/kgbb/hari atau ad libitum.
d.
Dehidrasi berat
1.
Berikan 20 ml/kg cairan intravena cepat
BB dalam kg x 20 = jumlah cairan dalam ml yang harus diberikan dengan
cepat.
3 – 5 kg :
berikan 100 ml cepat
6 – 9 kg :
berikan 150 ml cepat
10 – 14 kg :
berikan 250 ml cepat
15 – 19 kg :
berikan 350 ml cepat
20 – 29 kg :
berikan 500 ml cepat
30 – 49 kg :
berikan 700 ml cepat
2.
Periksa kembali anak, jika masih kelihatan dehidrasi
ulangi jumlah diatas, jika membaik turunkan jumlah tetesan.
3.
Lambatkan tetesan
3 – 5 kg :
berikan 125 ml/jam (7 tetes/menit)
6 – 9 kg :
berikan 50 ml/jam (13 tetes/menit)
10 – 14 kg :
berikan 75 ml/jam (20 tetes/menit)
15 – 29 kg : berikan
100 ml/jam (25 tetes/menit)
30 – 49 kg :
berikan 150 ml/jam (40 tetes/menit)
Pemberian cairan pada malnutrisi energi protein dengan diare dehidrasi
berat.
1.
Malnutrisi energi protein ringan, sedang dan berat tipe
marasmus dengan diare dehidrasi berat.
Jenis cairan : DG aa
Jumlah cairan = PWL + NWL + CWL (dalil Darrow)
Misal untuk anak 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3 – 10 kg jumlah
cairan 250 ml/kgbb/24 jam.
Kecepatan :
4 jam pertama : 60
ml/kgbb/4 jam atau 15 ml/kgbb/jam atau
=
4 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes) atau
=
5 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
20 jam berikut : 190
ml/kgbb/20 jam 10 ml/kgbb/jam atau
=
2 ½ tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes) atau
=
3 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
2.
Malnutrisi energi protein berat tipe marasmik –
kwashiorkor dan tipe kwashiorkor dengan diare dehidrasi berat.
Jenis cairan : DG aa
Jumlah cairan = 4/5 (PWL + NWL + CWL)
Misal untuk anak 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3 – 10 kg jumlah
cairan 4/5 x 250 ml = 200 ml/kgbb/24 jam.
Kecepatan :
4 jam pertama : 60
ml/kgbb/4 jam atau 15 ml/kgbb/jam atau
=
4 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes) atau
=
5 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
20 jam berikut : 150
ml/kgbb/20 jam atau 7 ml/kgbb/jam atau
=
1 ¾ tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes) atau
=
2 ¼ tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
Pemberian cairan pada diare dehidrasi berat dengan bronkopneumonia tanpa
disertai kelainan jantung.
Jenis cairan : DG aa
Jumlah cairan = PWL + NWL + CWL
Misal untuk anak 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3 – 10 kg jumlah
cairan 250 ml/kgbb/24 jam.
Kecepatan :
4 jam pertama : 60
ml/kgbb/4 jam atau 15 ml/kgbb/jam atau
=
4 tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes) atau
=
5 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
20 jam berikut : 190
ml/kgbb/20 jam 10 ml/kgbb/jam atau
=
2 ½ tetes/kgbb/menit (1 ml = 15 tetes) atau
=
3 tetes/kgbb/menit (1 ml = 20 tetes)
2.
Pengobatan
dietetic
- Untuk
anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7
kg.
Jenis makanan :
Ø
Susu ( ASI dan atau susu formula yang mengandung
laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron)
Ø
Makanan setengah padat (bubur susu) atau makanan
padat (nasi tim) bila anak tidak mau minum susu karena di rumah sudah biasa
diberi makanan padat.
Ø
Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung
laktosa (pada intoleransi karbohidrat) atau susu dengan asam lemak berantai
sedang / tidak jenuh, sesuai dengan kelainan yang ditemukan.
- Untuk
anak diatas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg, jenis makanan :
Ø
Makanan padat atau makanan cair / susu sesuai
dengan kebiasaan makan di rumah.
3.
Obat-obatan
Obat-obatan tidak diberikan hanya karena diare. Anak dengan diare
memerlukan cairan dan makanan, bukan obat. Karena prinsip pengobatan diare
ialah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah,
dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain
(gula, air tajin, tepung beras, dsb).
Tetapi kadang-kadang anak yang diare juga menderita penyakit lain,
penyakit inilah yang memerlukan obat.
Ø
Obat anti sekresi
-
Asetosal
Dosis : 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg
-
Klorpromazin
Dosis : 0,5 – 1 mg/kgbb/hari
Ø
Obat anti spasmolitik
Pada umumnya obat anti spasmolitik seperti papaverine, ekstrak beladona,
opium, loperamid, dan sebagainya tidak diperlukan untuk mengatasi diare akut.
Ø
Obat pengeras tinja
Obat pengeras tinja seperti kaolin, pectin, charcoal, tabonal, dan
sebagainya tapi tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare.
Ø
Antibiotika
Pada umumnya antibiotic tidak dieprlukan untuk mengobati diare.
Antibiotik hanya diindikasikan jika penyebabnya jelas, seperti :
-
Diare invasive, diberikan kotrimoksazol 50
mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis, 5 hari.
-
Kolera, diberikan tetrasiklin 25 – 50
mg/kgbb/hari, dibagi 4 dosis, 2 – 3 hari.
-
Amuba, diberikan metronidazol 30 – 50
mg/kgbb/hari, dibagi 3 dosis – 5 hari (10 hari untuk kasus berat)
-
Campylobacter, diebrikan eritromisin 40 – 50
mg/kgbb/hari.
Antibiotik lain dapat pula diberikan bila terdapat
penyakit penyerta seperti :
-
Infeksi ringan (OMA, faringitis), diberikan
penisilin prokain 50.000U/kgbb/hari
-
Infeksi sedang (Bronkitis), diberikan penisilin
prokain atau ampisilin 50 mg/kgbb/hari.
-
Infeksi berat (bronkopneumonia), diberikan
penisilin prokain dengan kloramfenikol 75 mg/kgbb/hari atau ampisilin 75 – 100
mg/kgbb/hari ditambah gentamisin 6 mg/kgbb/hari atau derivate sefalosporin 30 –
50 mg/kgbb/hari.
Obat-obat anti diare seperti lamotil jangan diberikan
karena berbahaya bagi anak. Obat-obat anti muntah seperti prochlorperazine
(atau stemetil) juga berbahaya untuk anak, karena obat ini membuat anak
mengantuk sehingga mereka tidak mau minum. Keadaan ini akan menambah anak
dehidrasi.
II.10 Pencegahan
Penyakit Diare
Pencegahan penyakit diare dengan
cara memberikan penyuluhan dan mengajari orangtua tentang :
a)
Pentingnya pemberian air susu ibu
b)
Selalu menggunakan makanan dan peralatan makan yang
bersih
c)
Berikan makan mulai 4 – 6 bulan disamping air susu ibu
d)
Selalu cukup air bersih dekat rumah
e)
Selalu menggunakan air minum yang sudah dimasak
mendidih.
f)
Pembuangan sampah atau tinja yang aman untuk mencegah
lalat berkembang biak
g)
Kakus yang bersih
h)
Imunisasi – vaksin campak dan pigbel.
Sebagian besar hal-hal tersebut diatas tergantung pada perbaikan
pendidikan umum, keadaan sosial, perkembangan ekonomi serta standar kesehatan
dalam masyarakat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIARE
III.1 Pengkajian
Proses pengkajian dilakukan untuk
mengumpulkan data (klinis maupun data keperawatan yang akan digunakan sebagai
dasar dalam melakukan tindakan atau intervensi medis atau pengobatan maupun
intervensi dalam keperawatan).
Pengumpulan data dalam pengkajian
ini adalah sebagai berikut :
a.
Biodata
Yang terdiri dari : nama, usia, alamat, dan lain-lain.
b.
Keluhan utama :
Pasien mengeluh buang air besar encer atau cair terus menerus lebih dari
4 kali sehari.
c.
Riwayat kesehatan
Ø
Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan pasien dijabarkan dalam PQRST.
Ø
Riwayat kesehatan dahulu
Menanyakan tentang kesehatan pasien di masa lalu dan obat-obatan yang
pernah dikonsumsi.
Ø
Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit yang sama dengan pasien dalam keluarga atau penyakit
keturunan yang dijabarkan dalam genogram (minimal tiga generasi).
d.
Status psikologis
Menanyakan adakah kecemasan yang serius, ketakutan, gelisah, depresi dari
keluhan-keluhan penyakitnya.
e.
Keadaan lingkungan
Lingkungan dalam atau sekitar rumah bagaimana, karena lingkungan sangat
mempengaruhi perubahan perilaku dan status kesehatan.
f.
Activity Daily Living (ADL)
Ø
Nutrisi
Kaji porsi makan, frekuensi, dan jenis makanan.
Akibat dari kekurangan cairan sering terjadi anorexia.
Ø
Hidrasi
Kaji hidrasi pasien (asupan peroral, cairan infuse,
mual dan muntah).
Ø
Eliminasi
§
BAK
Kaji tentang buang air kecil pasien, frekuensi, warna dan jumlah urine.
Sering terjadi oliguria pada diare akibat dari kekurangan volume cairan.
§
BAB
Kaji tentang buang air besar (tinja), frekuensi, warna, jumlah, bau,
konsistensi dan waktu buang air besar.
g.
Pemeriksaan Fisik
Ada empat
dasar dari proses pengkajian ini, yakni pertama dimulai dari inspeksi
(mengamati), palpasi (melakukan perabaan), perkusi (mengetuk), dan auskultasi
(pemeriksaan dengan stetoskop).
Urutan pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah sebagai berikut :
§
Penampilan umum
Kaji keadaan pasien secara keseluruhan (secara head to toe). Meliputi
respon pasien, kesadaran pasien, warna dan kehangatan kulit, timbang berat
badan, ukur tinggi badan, dan ukur lingkar lengan. Biasanya pasien diare
kelihatan lemah, lesu, berat badan turun dan bila berat terjadi penurunan
kesadaran.
§
Tanda-tanda vital
Ukur tanda-tanda vital yang terdiri dari :
Tekanan darah, tekanan darah pada pasien diare biasanya mengalami
penurunan tekanan darah sebagai akibat dari berkurangnya volume cairan yang
mengganggu curah jantung.
Respirasi, respirasi biasanya frekuensinya lebih cepat sebagai
akibat dari penurunan PH darah yang akan merangsang pusat pernapasan dan
kompensasi tubuh untuk mengembalikan PH darah kembali normal.
Suhu, biasanya terjadi penurunan suhu tubuh.
Nadi, pada pasien diare frekuensi nadi cepat dan lemah yang
diakibatkan karena kompensasi tubuh untuk perfusi ke jaringan.
§
Kepala
Kaji warna dan distribusi rambut, adakah kerontokan rambut, ubun-ubun
biasanya cekung.
§
Muka
Pada pemeriksaan mata, mata terlihat cekung, membran mukosa bibir dan
mulut tampak kering.
§
Leher
Observasi pergerakan leher, pembesaran KGB (Kelenjar Getah Bening)
mungkin terjadi bila pasien mengalami infeksi. Akan terlihat penurunan vena
sentral akibat dari penurunan alir balik vena pada jantung sisi kanan.
§
Kulit
Kaji warna, integritas kulit, kelembabannya. Biasanya kulit kering dan
turgor kulit mengalami penurunan.
§
Dada
-
Paru-paru
Observasi pergerakan dinding dada simetris
atau tidak, auskultasi irama paru-paru dan frekuensi pernapasan.
-
Jantung
Auskultasi bunyi jantung dan irama jantung. Pada
diare mengalami peningkatan denyut jantung sebagai akibat kompensasi tubuh
untuk mengembalikan curah jantung.
§
Abdomen
Pemeriksaan abdomen merupakan pemeriksaan yang menjadi perhatian utama,
karena berhubungan dengan sistem pencernaan. Pada auskultasi (dengan
menggunakan stetoskop) pada setiap kuadran abdomen dapat terdengar peningkatan
bising usus lebih dari 12 kali permenit.
§
Genetalia
Pada pemeriksaan di daerah anus, tampak iritasi kulit dan kemerahan di
daerah sekitar anus akibat dari buang air besar yang terus menerus.
§
Ekstremitas
Terjadi penurunan capillary refill, pengisian kembali kapiler lambat,
lebih dari 2 detik. Pada ekstremitas kemungkinan terjadi penurunan suhu, ujung-ujung
ekstremitas dingin dan kadang-kadang sianosis yang diakibatkan karena suplai
darah yang menurun.
III.2 Analisa
Data
Analisa data terdiri dari problem
dan etiologi yang dikelompokkan lalu tentukan masalah keperawatannya
(berdasarkan dukungan data yang ada). Data dikelompokkan ke dalam data
subjektif dan objektif.
Ø
Data subjektif
Data subjektif (data yang dikeluhkan pasien) dengan penyakit diare adalah
buang air besar yang terus menerus lebih dari 4 kali per hari, yang disertai
feses cair, bahkan disertai lendir dan darah. Kadang-kadang anak cengeng dan
tidak mau makan.
Ø
Data objektif
Data objektif (data yang didapatkan berdasarkan pengamatan) pada diare
adalah menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, berat badan turun, turgor kulit dan
selaput lendir kering, ubun-ubun besar menjadi cekung, akibat dari kehilangan
volume cairan. Pada keadaan yang berat terjadi penurunan vena sentral, tekanan
darah menurun sehingga anak tampak lemah bahkan dapat mengakibatkan
kesadarannya menurun.
III.3 Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditetapkan
berdasarkan analisis dan dari data hasil pengkajian diare dan menghasilkan
banyak diagnosa yang muncul antara lain :
1.
Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan Gastro Intestinal (GI) berlebihan melalui feses atau emesis.
2.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan menurunnya intake (pemasukan) dan menurunnya absorbsi
makanan dan cairan.
3.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme
yang menembus saluran Gastro Intestinal (GI).
4.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi
karena seringnya buang air besar.
5.
Cemas dan takut berhubungan dengan perpisahan dengan
orang tua, lingkungan tidak dikenal, prosedur yang menimbulkan stress.
6.
Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan
perawatan anak.
III.4 Rencana
Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan dari
asuhan keperawatan tentang diare, berdasarkan diagnosa keperawatan adalah
sebagai berikut :
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
KESIMPULAN
Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada
bayi dan anak di Indonesia.
Diare sering
disebut gastroenteritis, menyebabkan kematian pada anak. Kematian karena
penyakit diare disebabkan oleh dehidrasi akibat diare dan muntah.
Diare dan muntah
menyebabkan hilangnya air dan garam dari dalam tubuh. Kematian pada anak karena
diare dapat dicegah dengan memberikan banyak cairan kepada anak yang terkena
diare, pendidikan kesehatan dan peningkatan standar umum kehidupan dan
memperbaiki nutrisi anak.
Diare adalah kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena buang air besar (defekasi)
dengan tinja berbentuk encer atau cair, dengan demikian kandungan air pada
tinja lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja).
Ada banyak keadaan yang dapat menyebabkan
diare pada anak. Keadaan nutrisi anak sangat penting. Anak-anak yang tidak
tumbuh dengan baik sering sekali terkena diare. Jika mereka terkena diare
keadaannya biasanya lebih berat dibanding anak dengan nutrisi baik.
Prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang hilang melalui
tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan
glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dsb).
DAFTAR PUSTAKA
Donna L. Wong., 1996, Keperawatan Pediatrik, Edisi 4, EGC Jakarta.
John biddulph & John stace., 1999, Kesehatan Anak Untuk Perawat, Petugas Penyuluhan Kesehatan dan
Bidan di Desa.
Sjaifoelloh Noer, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I,
FKUI, Jakarta.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak,
1985, Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, Jakarta.
Suriadi & Rita Y., 1999, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi I, Jakarta.
Udin Nazirudin, 1998, Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, Jakarta.
Demikianlah yang saya bagikan mengenai askep diare semoga bermanfaat.
Demikianlah yang saya bagikan mengenai askep diare semoga bermanfaat.