NALAR INDUKTIF DAN NALAR DEDUKTIF
Table of Contents
Kali ini admin postingkan bacaan mengenai nalar induktif dan deduktif silahkan simak di bawah ini.
A.
Pendahuluan
Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang
diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang
sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam
penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya
disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis
dan konklusi disebut konsekuensi.
Menurut
Jujun Suriasumantri, Penalaran adalah suatu proses berfikir dalam menarik suatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan. Sebagai suatu kegiatan berfikir penalaran memiliki ciri-ciri
tertentu. Ciri pertama adalah proses berpikir logis, dimana berpikir logis
diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut pola tertentu atau dengan kata lain
menurut logika tertentu. Ciri yang kedua adalah sifat analitik dari proses
berpikirnya. Sifat analitik ini merupakan konsekuensi dari adanya suatu pola
berpikir tertentu. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir
berdasarkan langkah-langkah tertentu.
Pengetahuan
yang dipergunakan dalam penalaran pada dasarnya bersumber pada rasio atau
fakta. Mereka yang berpendapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran
mengembangkan paham rasionalisme, sedangkan mereka yang menyatakan bahwa fakta
yang tertangkap lewat pengalaman manusia merupakan sumber kebenaran
mengembangkan paham empirisme.
Induksi
adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa
khusus untuk menentukan hukum yang umum.
Induksi
merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari
berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai
dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang
khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan
yang bersifat umum
Berpikir
induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari
hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki
berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi
adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
Jalan
induksi mengambil jalan tengah, yakni di antara jalan yang memeriksa cuma satu
bukti saja dan jalan yang menghitung lebih dari satu, tetapi boleh dihitung
semuanya satu persatu. Induksi mengandaikan, bahwa karena beberapa (tiada
semuanya) di antara bukti yang diperiksanya itu benar, maka sekalian bukti lain
yang sekawan, sekelas dengan dia benar pula.
Buat
contoh penegasan kita kembali pada masyarakat Yunani, masyarakat yang
sebenarnya merintis kesopanan manusia. Lama sudah terpendam dalam otaknya
Archimedes, pemikir Yunani yang hidup 250 tahun sebelum Masehi, persoalan: apa
sebab badan yang masuk barang yang cair itu, jadi enteng kekurangan berat?
Ketika mandi, maka jawab persoalan tadi tiba-tiba tercantum di matanya dan
kegiatan yang memasuki jiwanya menyebabkan dia lupa akan adat istiadat negara
dan bangsanya. Dengan melupakan pakaiannya, ia keluar dari tempat mandinya
dengan bersorak-sorakkan "heureuka" saya dapati, saya dapati, adalah
satu contoh lagi dari kuatnya nafsu ingin tahu dan lazatnya obat haus
"ingin" tahu itu. Archimedes menjalankan experiment yang
betul, ialah badannya sendiri, yang jadi benda yang dicemplungkan ke dalam air
buat mandi. Dengan cara berpikir, yang biasa dipakainya sebagai pemikir besar,
ia bisa bangunkan satu undang yang setiap pemuda yang mau jadi manusia sopan
mesti mempelajari dalam sekolah di seluruh pelosok dunia sekarang.
Menurut
undang Archimedes, maka kalau benda yang padat (solid) terbenam pada barang
cair, maka benda tadi kehilangan berat sama dengan berat zat cair yang
dipindahkan oleh benda itu.Tegasnya kalau berat Archimedes di luar air
umpamanya B gram dan berat air yang dipindahkan oleh badan Achimedes b gram,
maka berat Archimedes dalam air tidak lagi B gram, melainkan (B-b) gr.
Dengan contoh dirinya
sendiri sebagai benda dan air sebagai barang cair, maka simpulan yang didapatkan
Archimedes dalam tempat mandi itu belumlah boleh dikatakan undang. Semua benda
dalam alam, kalau dicemplungkan ke dalam semua zat cair mestinya kekurangan
berat sama dengan berat-zat cair yang dipindahkan oleh benda itu. Kalau
semuanya takluk pada kesimpulan tadi, barulah kesimpulan itu akan jadi Undang
dan barulah Archimedes tak akan dilupakan oleh manusia sopan, manusia yang
betul-betul terlatih sebagai bapak undang itu.
Deduksi berasal dari
bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari
keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum, lawannya
induksi (Kamus Umum Bahasa Indonesia hal 273 W.J.S.Poerwadarminta.
Balai Pustaka 2006)
Deduksi
adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik
kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya
mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari
dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. (Filsafat Ilmu.hal 48-49
Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005)
Metode
berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum
terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang
khusus.
Pada
induksi kita berjalan dari bukti naik ke undang. Pada cara deduksi adalah
sebaliknya. Kita berjalan dari Undang ke bukti. Kalau kita bertemu kecocokan
antara undang dan bukti, maka barulah kita bisa bilang, bahwa undang itu benar.
Kalau kita sudah
terima, bahwa semua benda kehilangan berat dalam semua cair, maka kita ambil
satu benda dan satu zat cair buat penglaksanaan. Kita ambil sepotong
timah, kita timbang beratnya di udara. Kita dapat B gram. Kita masukkan timah
tadi ke dalam air. Kita timbang beratnya air yang dipindahkan oleh timah tadi,
kita dapati b gram. Menurut undang Archimedes timah tadi mesti kehilangan berat
b gram. Jadi ditimbang dalam air, beratnya menurut Archimedes mestinya (B-b)
gram. Sekarang kita ambil beratnya dan timbangan timah yang terbenam tadi.
Betul kita dapat (B-b) gr. Jadi betul cocok dengan undang Archimedes. Sekarang
induction sudah beralasan deduction, kebenaran undang sudah di sokong oleh
penglaksanaan. Berulang-ulang kita lakukan pemeriksaan kita dengan benda dan
zat cair berlainan dan berulang-ulang kita saksikan kebenaran undangnya
Archimedes, pemikir Yunani itu. (Madilog. hal 104. Tan Malaka, Pusat
Data Indikator)
E.
Penutup
Penalaran
ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan dari penalaran deduktif dan induktif.
Dimana lebih lanjut penalaran deduktif terkait dengan rasionalisme dan
penalaran induktif dengan empirisme. Secara rasional ilmu menyusun
pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu
memisahkan antara pengetahuan yang sesuai fakta dengan yang tidak. Karena itu
sebelum teruji kebenarannya secara empiris semua penjelasan rasional yang
diajukan statusnya hanyalah bersifat sementara, Penjelasan sementara ini
biasanya disebut hipotesis.
Hipotesis
ini pada dasarnya disusun secara deduktif dengan mengambil premis-premis dari
pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya, kemudian pada tahap
pengujian hipotesis proses induksi mulai memegang peranan di mana dikumpulkan fakta-fakta
empiris untuk menilai apakah suatu hipotesis di dukung fakta atau tidak.
Sehingga kemudian hipotesis tersebut dapat diterima atau ditolak.
Maka
dapat disimpulkan bahwa nalar deduktif dan nalar induktif diperlukan dalam
proses pencarian pengetahuan yang benar.
Demikianlah yang saya bagikan mengenai nalar induktif dan deduktif semoga bermanfaat.
Demikianlah yang saya bagikan mengenai nalar induktif dan deduktif semoga bermanfaat.