Makalah Pemakaian Huruf, Pemakaian Tanda Baca, Penulisan Kata, dan Penulisan Unsur Serapan
Berikut ini admin postingkan makalah yang semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca semuanya:
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemampuan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi masyarakat Indonesia, tidak terkecuali Mahasiswa. Dalam bidang pendidikan, bahasa Indonesia merupakan mata kuliah pokok. Mata kuliah bahasa Indonesia dipelajari oleh mahasiswa berdasarkan kurikulum yang berlaku, yang didalamnya tercantum beberapa tujuan pelajaran. Salah satu tujuan pokoknya adalah Mahasiswa mampu dan terampil untuk menyusun karya tulis maupun makalah dengan penulisan yang baik dan benar.
Penggunaan huruf dan tanda baca sangat penting untuk dibahas guna menghindari banyak kesalahan penggunaan huruf dan tanda baca yang akan mengakibatkan kekeliruan pada ketepatan dan kejelasan makna. Ada banyak hal yang perlu dikemukakan, khususnya aturan penggunaan huruf, kata dan tanda baca pada bahasa tulis.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penulisan suatu karya ilmiah memerlukan pengetahuan yang luas tentang bagaimana pemakaian huruf dan penulisan kata yang benar. Ketika kurangnya pengetahuan tentang cara pemakaian huruf dan penulisan kata menimbulkan perbedaan makna dan arti pada tulisan tersebut. Sehingga kami sebagai mahasiswa/mahasiswi dituntut untuk mulai menggali dan mempelajari huruf dan tanda baca terutama untuk membuat suatu karya tulis. Salah satunya dengan makalah yang kami buat dan presentasi serta melakukan diskusi sehingga para mahasiswa/i lain khususnya para mahasiswa/i jurusan Akuntansi Syariah A dapat mengetahui mengenai huruf dan tanda baca, guna menunjang aktivitas perkuliahan. Setelah mengetahui hal tersebut, semoga minimnya kesalahan penulisan kata dan pemakaian huruf di Indonesia khususnya di civitas UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan dapat mengetehui pemakaian huruf, pemakaian tanda baca, penulisan kata, dan penulisan unsur serapan yang baik dan benar.
1.1 Tujuan Penelitian
a) Dapat memahami dan mengetehui pemakaian huruf, pemakaian tanda baca, penulisan kata, dan penulisan unsur serapan, sehingga terhindar dari kesalahan penulisan.
b) Menjelaskan mengenai pemakaian huruf, pemakaian tanda baca, penulisan kata, dan penulisan unsur serapan dalam penulisan karya tulis ilmiah.
1.2 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memahami dan mengetehui pemakaian huruf, pemakaian tanda baca, penulisan kata, dan penulisan unsur serapan.
1.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikemukakan dalam karya tulis ini diperoleh melalui berbagai cara, dengan membaca buku-buku sumber yang ada hubungannya dengan pemakaian huruf, pemakaian tanda baca, penulisan kata, dan penulisan unsur serapan.
1.4 Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan urutan sebagai berikut:
a) Bab I Pendahuluan,
Menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, metode pemilihan sumber dan sistematika penulisan.
b) Bab II Pembahasan
Mengemukakan pembahasan masalah yang diperoleh dari berbagai sumber.
c) Bab III Penutup
Memuat simpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PEMAKAIAN HURUF
2.1.1 Huruf Abjad
Abjad yang dipakai dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf, yaitu[1]
Huruf |
NAMA |
PENGUCAPAN |
|
Kapital |
Nonkapital |
||
A |
a |
A |
A |
B |
b |
Be |
Be’ |
C |
c |
Ce |
Ce’ |
D |
d |
De |
De’ |
E |
e |
E |
E’ |
F |
f |
Ef |
E’f |
G |
g |
Ge |
Ge’ |
H |
h |
Ha |
Ha |
I |
i |
I |
I |
J |
j |
Je |
Je’ |
K |
k |
Ka |
Ka |
L |
l |
Ll |
E’l |
M |
m |
Em |
E’m |
N |
n |
En |
E’n |
O |
o |
O |
O |
P |
p |
Pe |
Pe’ |
Q |
q |
Ki |
Ki |
R |
r |
Er |
E’r |
S |
s |
Es |
E’s |
T |
t |
Te |
T’e |
U |
u |
U |
U |
V |
v |
Ve |
Ve’ |
W |
w |
We |
We’ |
X |
x |
Eks |
E’ks |
Y |
y |
Ye |
Ye’ |
Z |
z |
Zet |
Ze’t |
Tabel 1.2 Huruf Abjad
2.1.2 Huruf Vokal
Huruf yang merupakan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas lima huruf, yaitu a, e, i, o, dan u.
a-nak |
i-tu |
ba-u |
e-kor |
e-mas |
u-bah |
2.1.3 Huruf Konsonan
Huruf yang merupakan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas 21 huruf.
Contoh:
Huruf Konsonan |
Contoh pemakaian dalam Kata |
||
Posisi Awal |
Posisi Tengah |
Posisi Akhir |
|
L |
-l-ambat |
ma-l-am |
ambi-l |
P |
-p-asung |
lu-pus |
gela-p |
C |
-c-inta |
ki-c-au |
- |
M |
-m-akan |
ka-m-u |
maca-m |
Tabel 1.3 Contoh Huruf Konsonan
2.1.4 Huruf Diftong
Gabungan bunyi dalam satu suku kata, yang digabung adalah huruf vokal dengan \u/ atau \i/.
Huruf Diftong |
Contoh pemakaian dalam Kata |
||
Posisi Awal |
Posisi Tengah |
Posisi Akhir |
|
Ai |
-ai-r |
bal-ai-kota |
pant-ai |
Au |
-au-tan |
t-au-pan |
lamp-au |
Ei |
-ei-ger |
g-ei-ser |
surv-ei |
Oi |
-oi-shi |
b-oi-kot |
tomb-oi |
Tabel 1.4 Contoh Huruf Diftong
2.1.5 Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan dari huruf konsonan yang menghasilkan satu bunyi konsonan.
Huruf Konsonan |
Contoh pemakaian dalam Kata |
||
Posisi Awal |
Posisi Tengah |
Posisi Akhir |
|
Kh |
-kh-as |
a-kh-irat |
Tari-kh |
Ng |
-ng-aben |
ba-ng-ku |
Mena-ng |
Ny |
-nyoya |
su-ny-i |
- |
Sy |
-syariat |
ma-sy-arakat |
ara-sy |
Tabel 1.5 Contoh Gabungan Huruf Konsonan
2.1.6 Huruf Kapital
Pemakaian huruf kapital meliputi: pemakaian huruf kapital di awal kalimat, pemakaian huruf kapital unsur nama dan pemakaian huruf kapital di tengah-tengah kalimat[2]. Aturan pemakaian huruf kapital seperti yang tercantum dalam pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.[3]
a. Huruf kapital sebagai huruf petama awal kalimat. Misalnya:
Saya sekarang menjadi mahasiswa
Ayahnya masih sakit.
Kita harus bekerja keras
b. Huruf kapital sebagai huruf pertama unsur nama orang termasuk julukan. Misalkan:[4]
Dewi Sartika
Mujair
c. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung. Misalnya:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
d. Huruf Kapital sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan. Misalnya:
Allah
Tuhan
Alkitab
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang. Misalnya:
Haji Agus Salim
Nabi Ibrahim
Sultan Hassanudin
f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan. Misalnya:
Selamat datang, Yang Mulia.
Selamat berbahagia, Sultan.
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Gubernur Papua Barat
h. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Dani
bahasa Bali
i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari besar atau hari raya. Misalnya:
tahun Hijriah tarikh Masehi
bulan Muharam bulan Maulid
j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah. Misalnya:
Konferensi Asia Afrika
Perang Dunia II
k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya:
Jakarta
Pulau Miangas
l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk.
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
n. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan. Misalnya:
S.H. |
Sarjana Hukum |
S.K.M. |
Sarjana Kesehatan Masyarakat |
S.S. |
Sarjana Sastra |
M.A. |
Master of Arts |
o. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, adik, dan paman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan. Misalnya:
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Hasan.
2.1.7 Huruf Miring
Huruf miring disebut juga dengan istilah huruf kursif. Tulisan ini dibagian penerbitan atau percetakan. Untuk tulisan tangan atau ketikan, kata yang akan dicetak miring diberi satu garis di bawahnya. Adapun pemakaian huruf miring sebagai berikut.[5]
a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan.
Contoh:
Majalah Bahasa dan Kesusastraan
Koran Pikiran Rakyat
b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
Contoh:
Buatlah kalimat dengan kata rindu dendam.
Huruf pertama kata ada ialah a
c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing yang belum disesuaikan ejaannya.
Contoh:
Politik devide at impera sangat berbahaya bagi persatuan bangsa.
2.1.8 Huruf Tebal
a) Huruf tebal digunakan untuk menerangkan bagian tulisan yang sudah ditulis miring. Misalnya:
Huruf dh, seperti pada kata dhomir, tidak terdapat dalam Ejaan Bahasa Indonesia.
Kata et dalam ungkapan devide et impera berati “dan”.
b) Huruf tebal dapat dipakai untuk menerangkan bagian-bagian karangan, seperti judul buku, bab atau subbab. Misalnya:
I. Latar Belakang dan Masalah
Kondisi kebahasaan di Indonesia yang diwarnai oleh bahasa standard an nonstandard, ratusan bahasa daerah dan ditambah beberapa bahasa asing, membutuhkan penanganan yang tepat dalam perencanaan bahasa. Agar lebih jelas, latar belakang dan masalah akan diuraikan secara terpisah seperti tampak pada paparan berikut.[6]
A. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia yang heterogen menyebabkan munculnya sikap yang beragam terhadap penggunaan bahasa yang ada di Indonesia, yaitu (1) sangat bangga terhadap bahasa asing, (2) sangat bangga terhadap bahasa daerah, dan (3) sangat bangga terhadap bahasa Indonesia.
B. Masalah
Penelitian ini hanya membatasi masalah pada sikap bahasa masyrakat Kalimantan terhadap bahasa-bahasa yang ada di Indonesia.sikap masyarakat tersebut akan digunakan sebagai formulasi kebijakan perencanaan bahasa yang diambil.
II. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur sikap bahasa masyarakat Kalimantan, khususnya yang tinggal di kota besar terhadap bahasa-bahasa yang ada di Indonesia.
2.2. PENULISAN KATA
Dalam penulisan, penulisan kata yang benar berperan sangat penting. Karena ketika penulisan kata tidak sesuai dengan seharusnya akan menimbulkan perbedaan makna dan arti pada tulisan tersebut.
Kata adalah bentuk bebas minimal yang merupakan bentuk bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri.[7]
2.2.1 Kata Dasar
Kata dasar merupakan kata yang menjadi dasar pembentukan kata yang belum mengalami proses pembentukan.[8]
Kata dasar yang ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya:
Kalau dia sakit, bawa saja ke rumah sakit.
Nenek yakin benar bahwa saya pasti lulus tahun ini.
2.2.2 Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan merupakan sebutan untuk hasil dari proses pengimbuhan kata.
a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awal dan akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:[9]
berjalan
berkelanjutan
mempermudah
gemetar
lukisan
b. Bentuk terikat ditulis serangkaian dengan kata yang mengikutinya. Misalnya:
Adibusana |
Infrastruktur |
proaktif |
Aerodinamika |
Inkonvensional |
purnawirawan |
Antarkota |
Kontraindikasi |
saptakrida |
Antibiotic |
Kosponsor |
semiprofesional |
2.2.3 Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya. Misalnya:
Anak-anak |
Biri-biri |
Buku-buku |
Cumi-cumi |
Hati-hati |
Kupu-kupu |
Kuda-kuda |
Kura-kura |
2.2.4 Gabungan Kata
a. Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Misalnya:
Duta besar |
Model linear |
Kambing hitam |
Persegi panjang |
Orang tua |
Rumah sakit jiwa |
Simpang empat |
Meja tulis |
b. Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya. Misalnya:
Anak-istri pejabat |
Anak istri-pejabat |
Ibu-bapak kami |
Ibu bapak-kami |
Buku-sejarah baru |
Buku sejarah-baru |
C. Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika mendapat awalan dan akhiran. Misalnya:
Bertepuk tangan |
Menganak sungai |
Garis bawahi |
Sebar luaskan |
D. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai. Misalnya:
Dilipatgandakan
Menggarisbawahi
Menyebarluaskan
Penghancurleburan
E. Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai. Misalnya:
Acapkali |
Halubalang |
Radioaktif |
Adakalanya |
Kacamata |
Saptamarga |
Apalagi |
Kasatmata |
Saputangan |
Bagaimana |
Kilometer |
Saripati |
2.2.5 Pemenggalan Kata
Menurut Rahman (2018: 105) pemenggalan kata digunakan pada kata dasar, kata turunan, kata yang terdiri dari dua unsur atau lebih, nama orang yang terdiri dari dua unsur atau lebih
a. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
1. Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya:
Bu-as
Bu-ang
2. Huruf diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal. Misalnya:
Pi-sau
Lan-dai
3. Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan) di antara dua huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu. Misalnya:
Lu-wak
Mi-nyak
4. Jika ditengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. (Ahmad Syaeful Rahman, 2018:106).
Misalnya:
Sen-diri
Tak-luk
5. Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Misalnya:
In-fras-truktur
Kons-tituen
b. Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan di antara bentuk dasar dan unsur pembentuknya. Misalnya:
Men-dapat-kan
Datang-lah
c. Sebuah kata terdiri dari dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur tersebut. Tiap unsur gabungan tersebut dipenggal seperti pada kata dasar. Misalnya:
Biologi bio-logi bi-o-lo-gi
Introgasi intro-gasi in-tro-ga-si
d. Nama orang yang terdiri dari dua unsur atau lebih pada akhir baris dipenggal di antara unsur-unsurnya. Misalnya:
Buku Laskar Pelangi dikarang oleh Andrea Hirata.
e. Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih todak dipenggal. Misalnya:
Rombongan Presiden itu dikawal oleh DLLAJR.
2.2.6 Kata Depan
Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:
Saya pergi ke sana mencarinya.
Di mana dia sekarang?
Ia berasal dari Pulau Penyengat.
2.2.7 Partikel
a Partikel –lah, dan -kah, ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik!
Siapakah gerangan itu?
b Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya :
Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.
c Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:
Harga kain itu Rp. 50.000,00 per meter.
2.2.8 Singkatan dan Akronim
Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik pada setiap unsur singkatan itu.
Contoh:
S.E. (Sarjana Ekonomi)
Sdr. (Saudara)
2.2.9 Angka dan Bilangan
Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata yang ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam perincian. Misalnya:
Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
2.2.10 Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya
Kata ganti ku- dank au- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya:
Rumah itu telah kujual
2.2.11 Kata Sandang si dan sang
Kata si dan sang di tulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:
Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.
2.3. PEMAKAIAN TANDA BACA
Tanda baca disebut juga dengan istilah pungtuasi. Pungtuasi yaitu tanda baca yang dipakai dalam bagian kalimat tertulis, dibuat berdasarkan unsur suprasegmental dan hubungan sintaksis. Unsur supragsegmental yaitu unsur bahasa yang kehadirannya bergantung kepada kehadiran segmental. Unsur ini terdiri atas tekanan keras, tekanan tinggi (nada), dan tekanan panjang. [10]
2.3.1 Tanda Titik (.)
Tanda titik atau perhentian akhir biasanya dengan (.)
a. Tanda titik dipakai di akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh:
Bapak sudah pergi ke kantor.[11]
2.3.2 Tanda Koma (,)
Koma atau perhentian antara yang menunjukkan suara menaik di tengah-tengah tutur biasanya dilambangkan dengan tanda (,). Selain itu untuk menyatakan perhentian antara (dalam kalimat), koma juga dipakai dalam berikut.[12]
a. Tanda koma dipakai di anatara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilang.
Contoh:
Saya membeli kertas, pensil, dan tinta.
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti, tetapi, melainkan.
Contoh:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
2.3.3 Tanda Titik Koma (;)
Fungsi titik koma sebenarnya terletak antara titik dan koma. Di satu pihak orang lain ingin melanjutkan kalimatnya dengan bagian-bagian kalimatnya berikutnya, akan tetapi, di pihak lain dirasakan bahwa bagian kalimat sudah dapat diakhiri dengan sebuah titik. Sebab itu, titik koma dilambangkan dengan sebuah titik di atas sebuah koma (;).[13]
a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat sejenis dan setara.
Contoh:
Mukanya bersinar; hatinya berdebar-debar; dan dia yakin akan lulus.
Malam makin larut; hatinya berdebar-debar; dan dia yakin akan lulus.
2.3.4 Tanda Titik Dua
Titik dua biasanya dilambangkan dengan tanda (:) biasanya dipergunakan dalam hal-hal berikut.
a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
Contoh:
Hal yang kita perlukan sekarang ialah barang-barang berikut: kursi, meja, dan lemari. Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan.
2.3.5 Tanda Hubung
Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.[15]
Contoh:
Air yang terkontami-
nasi harus disterilisasi.
2.3.6 Tanda Pisah
a. Tanda pisah (panjangnya dua kali tanda hubung) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan khusus di luar bangun kalimat.[16]
Contoh:
Kemerdekaan bangsa itu – saya yakin akan tercapai – diperjuangkan oleh bangsa iu sendiri.
2.3.7 Tanda Elipsis (…)
a Tanda ellipsis (tiga tanda titik berturut-turut) menggambarkan kalimat yang terputus.[17]
Contoh:
Kalau mau … ya, ambilah!
“ Kalau saudara bekerja …, itu resiko Saudara,” katanya.
2.3.8 Tanda Tanya (?)
a. Tanda tanya di akhir kalimat tanya.[18]
Contoh:
Kapan kita berangkat?
Sejak kapan kamu tinggal di sini?
2.3.9 Tanda Seru (!)
Untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan.
Contoh:
Semangat!
2.3.10 Tanda Kurung ( )
Tanda kurung dipakai untuk mengapit penjelasan.
Contoh:
Bessarany membuat SIM (Surat Izin Mengemudi).
2.3. 11 Tanda Kurung Siku [ ]
a Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.[19]
Contoh:
(Perbedaan antara dua macam profesi ini [lihat bab 1] tidak dibicarakan).
2.3.12 Tanda petik (“)
a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan naskah, atau bahan tertulis lain. [20]
Contoh:
Ia mengatakan, “Saya harus pergi.”
2.3.13 Tanda Petik Tunggal
a Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.[21]
Contoh:
Abdullah bertanya, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’tadi?”
2.3.14 Tanda Garis Miring (/)
a Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat.
Contoh:
No. 9/PK/2014
2.3.15 Tanda Penyingkat (Apostrof)
a Tanda apostrof menunjukkan penghilang bagian kata.
Contoh:
Anita ‘kan kusayangi. (‘kan = akan)
2.4. PEMAKAIAN UNSUR SERAPAN
Bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa, baik dari bahasa daerah, seperti bahasa Jawa, Sunda, dan Bali maupun dari bahasa asing. Berdasarkan taraf unsur serapan dibagi menjadi dua bagian. Pertama unsur asing yang belum terserap sepeunuh nya ke dalam bahasa Indonesia, salah satu contoh de facto. Unsur-unsur tersebut termasuk dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi penulisannya yang diucapkan masih mengikuti cara asing.[22]
Ada beberapa contoh dari unsur serapan:
No |
Bahasa |
|||||
Arab |
Belanda |
|||||
1 |
Qadr |
Kadar |
a(Arab, bunyi pendek atau bunyi panjang) menjadi a bukan o |
Paal |
Pal |
aa(Belanda) menjadi a |
2 |
‘Umrah |
Umrah |
Baal |
Bal |
||
3 |
Haqiqat |
Hakikat |
Octaaf |
Oktaf |
||
|
|
|
|
|
Tabel 1.6 Contoh Unsur Serapan
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pemakaian huruf, pemakaian tanda baca, penulisan kata, dan penulisan unsur serapan sangat penting dalam penulisan karya ilmiah. Salah dalam menggunakan tanda baca akan menyebabkan kesalahan yang sangat fatal yang tanpa disadari walaupun sebelumnya belum mengetahui hal tersebut. Sarana belajar dan giat berlatih merupakan jalan keluar dari masalah yang terkadang timbul akibat salah dalam penulisan tanda baca.
3.2 Saran
Kasus di lapangan yang muncul yaitu kurangnya perhatian para penulis karya ilmiah yang kurang tahu mengenai seluk beluk membuat karya tulis ilmiah yang baik dan benar. Maka dari itu penulis belajar untuk mendalami dan memahami tentang penulisan tanda baca agar tidak menimbulkan kesalahan